Inilah Tipe Seorang Suami yang Tidak Disukai Rasulullah SAW

By sulthan on Kamis, 03 Maret 2016

Perasaan cemburu pada dasarnya merupakan hal yang wajar dimiliki oleh manusia, baik anak-anak ataupun orang dewasa. Jika anak-anak cemburu terhadap saudara kandungnya, orang dewasa cemburu terhadap pasangannya (bagi yang sudah menikah). Bagi pasangan yang sudah menikah (suami istri) memiliki rasa cemburu itu merupakan sebagian wujud menunjukkan rasa cinta terhadap pasangan. Seperti kita ketahui, rasa terbesar cemburu lebih sering ditunjukkan oleh para istri ketimbang oleh para suami. Rasulullah SAW tidak menyukai para suami yang tidak memiliki rasa cemburu pada istrinya. Selengkapnya simak ulasan berikut ini.

Inilah Tipe Seorang Suami yang Tidak Disukai Rasulullah SAW
Seorang istri pasti memiliki rasa cemburu terhadap suaminya begitu juga sebaliknya seorang suami juga memiliki rasa cemburu terhadap istrinya. Ada tiga golongan laki-laki yang tidak diizinkan oleh Allah memasuki Surga-Nya yaitu laki-laki pemabuk, laki-laki durhaka pada orang tua (terutama Ibunya) dan laki-laki yang bersifat dayyuts. Apa arti dayyuts, Rasul mengatakan ini adalah seorang suami yang tidak pernah memperdulikana keadaan didalam rumah tangganya.

Di dalam agama Islam sendiri memiliki rasa cemburu antara suami dan istri tidak dipermasalahkan, yang pasti cemburu itu ada pada batasnya dan tidak berlebihan. Nah, suami yang tidak dibenci oleh Rasulullah ini bukan hanya sekedar memiliki sifat dayyuts saja, bahkan tidak sedikit daripada mereka tidak menggubris ketika istrinya dirayu oleh laki-laki lain. Padahal seharusnya suami harus harus sadar jika memiliki rasa cemburu pasti ia mencegah hal itu terjadi dan membela istrinya jika dirayau .Rasa cemburu ini juga bentuk perhatian kasih sayangnya pada istri. Dengan demkian ia termasuk suami yang diridhai oleh Allah SWT.

Ilustrasi
Mulianya Perasaan Cemburu yang Dimiliki Oleh Suami
Di dalam Islam diajarkan bagaimana menjadi suami memiliki rasa cemburu yang baik. Ada banyak kemuliaan dalam cemburunya seorang suami. Seperti contoh, jika suami melihat istrinya tidak menutup aurat ia meminta istrinya dengan tegas untuk menutup aurat, karena sudah kewajiban muslimah menutup auratnya. Suami seperti ini sangat mengerti tentang agama, terlebih menyangkut istrinya. Pasti ia akan selalu memperhatikan perbuatan istrinya tidak sampai melanggar aturan Allah SWT.

Sebagian ulama berpendapat bahwa antara suami dan istri harus memiliki rasa cemburu yang berlandaskan dengan pikiran yang sehat, dengan begitu cemburu menjadi sesuatu yang mulia. Melalui karyanya, secara sederhana Syekh Ibrahim menegaskan bahwa hakikat dari rasa cemburu adalah bersih. Cemburu menurut pandangan Islam adalah cemburu yang jauh dari nafsu duniawi. Dalam bahasa Arab, cemburu diistilahkan sebagai ghirah. Ada dua macam ghirah :

Ghirah yang pertama disebut ghirah lil mahbub, yaitu memiliki perasaan cemburu untuk membela orang yang dicintai yaitu membela istri. Ghirah yang kedua disebut ghirah ‘alal mahbub. Ghirah ini lah yang menjelaskan tentang rasa cemburu terhadap orang lain yang juga mencintai orang yang dicintainya. Suami yang memiliki ghirah seperti inilah yang disebut sebagai suami terpuji karena ia betul-betul menjaga apa yang sudah menjadi miliknya.

Sahabat renungan Islam, sudahkah sahabat semua mengetahuinya bahwa cemburu itu memiliki makna yang baik di dalam Islam. Terpenting jangan cemburu sangat berlebihan, bukan kemuliaan yang datang malah kemurkaan dari Allah SWT. Jangan sampai cemburu menjadi perusak kebahagiaan rumah tangga, alangkah lebih baik mengontrol rasa cemburu.

Semoga bermanfaat, wallahualam bissawab.