KARAKTER DAN CITRA DIRI PENDIDIK PAUD

By sulthan on Jumat, 04 Agustus 2017

PAUD-Anakbermainbelajar---Pendidikan merupakan proses pembentukan pribadi secara utuh, dimana proses pendidikan berlangsung secara sistematis dan sistemik. Sistematis berarti berlangsung bertahap dan berkesinambungan sedangkan sistemik berarti berlangsung pada semua situasi lingkungan dan sistem baik keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara yang melembaga. http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/

Karakteristik pendidik adalah sebagai; 1) seseorang yang dituntut untuk komitmen terhadap profesinya, orang yang selalu berusaha memperbaiki dan memperbarui cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman, 2) seseorang yang memiliki ilmu, yang mampu menangkap hakikat sesuatu, orang yang mampu menjelaskan hakikat dalam pengetahuan yang diajarkannya, 3) seseorang yang kreatif, yang mampu menyiapkan peserta didiknya agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam sekitar, 4) seseorang yang berusaha menularkan penghayatan akhlak atau kepribadian kepada peserta didiknya, 5) seseorang yang berusaha mencerdaskan peserta didiknya, melatihkan berbagai keterampilan mereka sesuai bakat, minat, dan kemampuan. 6) seseorang yang beradab.

Seorang pendidik anak usia dini, menurut Megawangi (2005), perlu memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :

1. Menanamkan Kebaikan Tanpa Pamrih

Seorang pendidik walaupun telah berusaha menjadi pendidik yang ideal, tetapi belum menjamin akan berhasil dalam membantu perkembangan anak, karena banyak faktor lain yang mempengaruhinya, misalnya pendidikan di rumah, pengaruh kawan, dan sebagainya. Namun dengan memberikan layanan pendidikan dan bimbingan yang penuh perhatian, kasih sayang, siswa akan menjadi lebih baik. Lebih-lebih pada pendidikan anak usia dini, hasil pendidikan tidak akan segera nampak hasilnya. Ada sebuah teori yang disebut sleeper effect, yang menyatakan bahwa efek pendidikan, hasilnya baru terlihat beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu satu karakter penting untuk dimiliki pendidik adalah "mendidik (menanamkan kebaikan) tanpa pamrih".

Alkisah ada seorang bernama Johny yang senang berkelana. Ia selalu mengantongi segenggam biji apel dikantonya. Kemanapun ia pergi, ia selalu menebar biji apel, sehingga ia terkenal dengan Johny Appleseed. Ia tidak berpikir apakah benih yang ditebarkan akan tumbuh dan ia juga tidak berniat menikmati buahnya, atau berteduh di bawahnya. Apa yang dilakukan Johny the Appleseed ternyata menubuhkan beribu-ribu pohon apel yang dinikmati ribuan orang, yang mana Johny tidak bisa melihat hasilnya.

Ada sebuah teori yang dapat memberikan inspirasi mengenai dampak berkelanjutan dari menanam sebuah kebajikan, walaupun sekecil apapun, yaitu Chaos Theory (Teori Chaos) dari James Gleick, yang mengenalkan konsep efek kupu-kupu (Butterfly effect) yang berbunyi : seekor kupu-kupu yang mengepakan udara dengan sayapnya hari ini di Beijing, dapat menyebabkan tornado di New York tahun depan. Konsep ini mengajarkan kepada kita bahwa sekecil apapun tindakan kita sekarang, akan mempunyai dampak besar di kemudian hari. Konsep ini memberikan peringatan kepada kita untuk berhati-hati dalam berpikir, berkata dan bertindak, karena kita tidak dapat memprediksi bagaimana dampak hebatnya di masa depan.

Dalam Chaos Theory ditengkan mengapa sebuah kepakan sayap kupu-kupu bisa membentuk pola (pattern) yang khas. Pernahkan kita bayangkan mengapa Austria melahirkan orang-orang jenius dan kreatif, seperti para komposer dunia seperti John Strauss, Mozart, Schubert dan Mahler. Psikolog Sigmud Freud, Ekonom Loudwig atau negara Singapura bebas korupsi, atau warga korea di Seoul yang turun ke jalan berpesta pora merayakan kemenangan tim sepak bolanya masuk final, tetapi tidak membuat satu pohonpun patah, tidak ada satu pot bungapun rusak, dan tidak ada satu pun botol minuman yang tergeletak di jalan.

Terbentuknya sebuah pola dalam Chaos Theory diterangkan oleh adanya sebuah konsep : Strange attractor yaitu magnet yang dapat menarik apa saja yang mempunyai kualitas yang sama. Hal ini dapat diilustrasikan misalnya :

Ada kerumunan burung dari berbagai jenis yang sedang makan biji-bijian yang tersebar di atas tanah. Tiba-tiba ada sebuah kejutan yang menyebabkan semua burung beterbangan. Sudah dapat dipastikan bahwa burung akan terbang bersama burung-burung lainnya yang sejenis dan tidak pernah masuk dalam kelompok burung lain.

Adanya daya tarik yang aneh (strange attractor) dalam sebuah sistem sosial akan menjadi daya tarik bagi mereka yang memang pada prinsipnya mempunyai kualitas yang sama dengan daya tarik itu. Semakin banyak orang tertarik dan berkumpul dalam kerumunan sistem itu, maka akan membentuk sebuah pola dengan ciri khas perilakunya. Sebuah organisasi yang korup, akan menarik orang-orang yang tidak jujur karena tertarik oleh daya magnet perilaku korup. Begitu pula organisasi yang baik bisa menjadi magnet yang dapat menarik orang-orang baik untuk berkumpul bersama melakukan kebajikan. Namun mungkin saja suatu kerumunan baik akan terdapat beberapa orang yang tidak baik, begitu pula sebaliknya, karena disebut teori chaos atau teori kekacauan.

Biasanya orang-orang yang baik dalam kerumunan jahat suatu saat akan terlempar dari sistem sosial yang ada sekarang karena mereka tidak tahan hidup ditengah-tengah kerumunan orang yang pola tingkah lakunya bertentangan dengan hati nuraninya. Begitu pula orang-orang tidak baik berada dalam kerumunan orang baik suatu saat akan terlempar keluar.

Orang-orang yang baik terlepar dari kerumunan buruk adalah mereka yang mempunyai lentera hati nurani yang terang benderang sehingga dapat menjadi Strange attractor baru yang dapat menarik orang yang perkepribadian sama. Selanjutnya dapat mengubah sistem sosial yang ada menjad pola baru yang positif. Begitu pula, para pendidik yang mempunyai nurani yang kuat, akan tidak tahan berada dalam sebuah birokrasi pendidikan yang buruk, sehingga akan terlempar dari sistem tersebut, dan berani untuk memulai suatu yang berbeda dan mau mengadakan "perubahan" siapa tahu para pendidik yang menyadari fungsinya sebagai "pendidik, membangun citra positif anak" akan berkumpul bersama bahu membahu membentuk karakter anak didiknya.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa, pendidik anak usia dini dalam melaksanakan tugasnya senantiasa mengedepankan kode etik "menanam kebaikan tanpa pamrih mencintai anak", dengan asah, asih, dan asuh, mendidik dna mengasuh dengan kasih sayang semata karena amanah Tuhan Yang Maha Kuasa. http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/


2. Membangun Citra Diri Positif Anak

Banyak perilaku guru yang dapat membunuh karekter anak, yaitu dengan membuat anak merasa rendah diri. Seorang guru yang tidak pernah memberi pujian atau kata-kata positif, kecuali cemoohan dan kata-kata negatif akan membuat muridnya menjadi tidak percaya diri. Rasa tidak percaya diri yang telah terbentuk sejak anak usia dini akan terbawa sampai dewasa.

Peran guru dalam membangun citra diri yang positif pada anak sangat besar, sehingga sebuah sekolah dasar di Medford Massachusetts yang bernama Dame School, membuat kebijakan untuk membangun citra diri positif kepada murid-muridnya.

Kisah Dame School, menyatakan bahwa seluruh murid sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 3, tidak boleh diberikan nilai angka atau huruf di raportnya, tetapi hanya berupa uraian consisten dan not consisten, berbeda dengan di Indonesia raport anak di isi dengan angka, bahkan diberi peringkat atau ranking. Menurut mereka, kalau seorang anak usia di bawah 9 tahun diberikan nilai (baik dan buruk), maka akan "memvonis" anak; pintar, sedang dan bodoh. Padahal anak-anak pada usia itu masih tersu berkembang kemampuannya. Baru nanti ketika anak sudah kelas empat SD, nilai mulai diberikan, tetapi ranking tetap tidak diberikan.

Hasil Kerha Harian murid-murid cukup diberikan "nilai" dengan gambar stiker (bintang, bunga atau mobil) atau dengan tulisan gurunya yang berbunyi : good dan good effort. Ternyata dengan cara ini, anak-anak bersemangat untuk mengerjakan tugasnya dengan baik, karena setelah selesai guru akan menempelkan stiker di lembar bukunya. Dalam memeriksa hasil kerja, guru tidak mencoret hasil kerja anak yang salah, tetapi dengan membetulkannya dengan cara menuliskan jawaban yang benar disamping hasil kerja anak yang salah.

Murid-murid didorong untuk aktif berdiskusi, dan guru selalu memberi komentar positif kepada setiap pendapat yang dilontarkan kepada anak. Dengan cara ini murid-murid menjadi bersemangat untuk tetap masuk sekolah. Bahkan anak bertekad untuk tetap masuk sekolah walaupun suhu badannya panas tinggi.

Di Dame school, waktu libur panjang adalah waktu yang membosankan, tetapi waktu sekolah adalah waktu yang menyenangkan. Anak-anak begitu mencintai sekolahnya, karena gurunya telah berhasil menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yang membuat anak antusias untuk belajar. Kalau anak senang hatinya, maka bagian limbik otaknya akan terbuka, sehingga anak dengan mudah menyerap pelajaran yang diberikan. http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/

3. Guru sebagai Model/Tokoh Idola Anak

Seorang filsof Yunani, Aesop, menulis di dalam dongeng sebuah kisah yang menarik, yakni seekor kepiting. Ceritanya sebagai berikut:

Suatu hari seekor kepiting bertanya kepada anaknya "mengapa kamu berjalan menyamping seperti itu anakku? Seharusnya kamu berjalan lurus kedepan "Anak kepiting menjawab" tunjukan bagaimana dulu caranya bu...., nanti aku akan menirunya. Kepiting tua berusaha mencontohkan bagaimana berjalan lurus, tetapi tidak berhasil.

Kisah di atas menggambarkan betapa seringnya kita sebagai epndidik mengkritik dan menyalahi perilaku anak kita . Padahal perilaku adalah hasil dari proses sosialisasi dan pendidikan yang diberikan dari lingkungannya, terutama dari orang tua atau pendidik. Seseorang telah menceritakan tentang pengalamannya dengan seorang guru, yang bernama Muhayaidden, bahwa ia telah meminta nasehat bagaimana mendidik anaknya agar menjadi anak yang baik dan beraklak mulia. Sang guru tidak memberikan jawaban yang panjang dan berteori, tetapi hanya dengan "perbaiki saja diri kamu dulu, nanti dengan sendirinya anak kamu akan menjadi baik ".Thomas Lickona mengatakan bahwa "values are caught", nilai-nilai yang ditangkap anak adalah melalui contoh dari guru dan orang tuanya. Nilai-nilai adalah yang diterangkan langsung oleh gurunya.

Menjadi pendidik PAUD tidak cukup hanya berbekal kurikulum atau Acuan Pembelajaran Menu Generik, tetapi juga menyangkut bagaimana guru sebagai pendidik menjadi idola bagi muridnya. Bagaimana ciri-ciri guru yang menjadi idola murid-muridnya, antara lain sebagai berikut:

(a) anak bersemangat kesekolah, anak-anak tidak sabar bersekolah dan hari-hari libur menjadi hari yang membosankan (b) anak akan mengatakan sayang atau suka kepada gurunya kalau ditanyakan apakah mereka menyayangi gurunya, (c) anak selalu merindukan gurunya dan (d) anak akan mengerjakan tugas yang diberikan, karena tidak ingin mengecewakan gurunya.

Pengalaman seorang guru bernama Bill Rose, seperti dungkapkan di atas adalah salah satu bukti bagaimana seorang guru yang berusaha menumbuhkan rasa percaya diri murid-muridnya dengan penuh perhatian dan kasih sayang (etika kepribadian) sehingga membuat murid-muridnya mau bekerja keras untuk menyenangi gurunya.

Inti dari pesan dalam sub bab ini adalah bagaimana ampuhnya sosok panutan orangtua atau guru dalam mempengaruhi perilaku anak. Apabila kita ingin menjadikan diri sebagai tokoh panutan, maka diri kita sendiri harus diperbaiki dulu.  http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/


4. Mendidik dengan Mencelupkan Diri

Seorang pendidik yang berhasil adalah yang dapat mencelupkan dirinya secara menyeluruh, pikiran dan perasaan, dapat membangun personal dengan murid-muridnya, mempunyai kemampuan komunikasi secara efektif, mampu mengelola emosi dengan baik, mampu menghidupkan suasana yang menarik dan menyenangkan agar anak senang berjalan/bermain.

Mencelupkan diri secara total memang memerlukan sikap dan dedikasi dan kecintaan terhadap profesi yang sedang dijalani. Seorang guru yang dapat mencelupkan dirinya pada profesinya sebagai guru adalah seorang dapat berkontemplasi (merenungkan) perasaan, pikiran dan perilakunya secara rutin agar dapat melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya. Seorang guru bukan berarti harus sempurna, tetapi diharapkan utnuk memperbaiki dan mengontrol terus tindakannya agar tetap dijadikan model konkrit bagi murid-muridnya.

Seringkali orang tidak mau menerima atau mengakui bahwa dirinya masih banyak kekurangan. Merasa dirinya sudah benar, tidak mungkin salah dan tidak ingin dikeritik dan disalahkan. Menurut Carl G. Jung, setiap manusia mempunyai sisi gelap, kalau kita tidak menerima keberadaan sisi gelap tersebut, maka sifat-sifat gelap akan menjadi kekuatan yang suatu saat akan keluar dan terlihat orang lain, walaupun diri kita tidak menyadarinya. Inilah yang menyebabkan banyak manusia yang tidak konsisten antara kata-kata dan tindakannya.

Guru yang demikian tidak dapat menjadi model bagi murid-muridnya, bahkan malah bisa menjadi bahaya, karena kalau murid-muridnya menilai guru seringkali berkata moral, tetapi tidak dalam tindakan. Akibat negatif lain dari sisi penolakan sisi gelap adalah ingin memarahi orang lain yang dianggap bersalah. Murid-murid biasanya akan menjadi tumpahan kemarahan guru, yang sebenarnya adalah kemarahan pada sifat yang ada dalam diri guru sendiri, guru yang sering menyalahkan murid-murid, tidak akan menjadi pendidik yang efektif.

Oleh karena itu, seorang guru sebagai pendidik anak usia dini hendaknya terus menerus untuk melihat kekurangan dan mengevaluasi diri dan berusaha untuk terus memperbaiki segala kekurangan demi membentuk citra diri guru yang positif.

Citra diri guru dapat dimaksudkan sebagai gambaran tentang diri pribadi guru yang diberikan apresiasi oleh masyarakat. Penilaian yang diberikan oleh masyarakat terhadap guru bisa positif atau negatif tergantung kepada kepribadian maupun karkater yang muncul sebagai wujud profesi guru secara utuh. Citra diri Positif (positive self-image) dapat membangun dan mempermudah karir seseorang, karena dia memandang positif kepada kemampuan diri, melihat kelebihan diri, bukan kekurangannya. Dengan berpikir positif pada diri, membuat dirinya berharga. http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/

Seseorang yang memiliki citra diri yang positif akan mendapatkan berbagai manfaat, baik yang berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya. Manfaat-manfaat yang terasakan oleh si empunya citra diri positif dan lingkungannya tersebut adalah:

1) Guru akan membawa Perubahan Positif

Guru yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Perubahan positif tidak hanya terasakan oleh dirinya, namun juga oleh lingkungannya. 

2) Mengubah Krisis Menjadi Keuntungan

Selain membawa perubuhan positif, guru yang memiliki citra positif juga mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk meraih keberuntungan. Citra diri yang positif mendorong guru untuk menjadi pemenang dalam segala hal. Menurut orang-orang yang bercitra diri positif, kekalahan, kegagalan, kesulitan dan hambatan sifatnya hanya sementara. Fokus perhatian mereka tidak melulu tertuju kepada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, melainkan fokus mereka diarahkan pada jalan keluar. Seringkali kita memandang pada pintu yang tertutup terlalu lama, sehingga kita tidak melihat bahwa ada pintu-pintu kesempatan yang terbuka untuk kita.  http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/

Demikian tentang karekter dan citra diri Pendidik, khususnya pendidik PAUD, Semoga bermanfaat untuk bunda para guru dan pendidik PAUD dalam rangka membangun citra diri yang positif ini, terimakasih.  

Sumber: Dirangkum dari Buku Seri Bahan Ajar Diklat Berjenjang Tingkat Dasar "Etika dan Karakter Pendidik PAUD" Dirjen PAUD, Nonformal, dan Informal, Direktoran Pembinaan PTK PAUD, Nonformal, dan Informal, tahun 2013. 
Selengkapnya

Tahukah Kamu Mengapa Orang Selingkuh Hidupnya Tidak Bisa Bahagia dan Dapat Balasan Menyakitkan?

By sulthan on Rabu, 02 Agustus 2017

Pada sharing info renunganislam.com yang bermanfaat kali ini yang berjudul " Tahukah Kamu Mengapa Orang Selingkuh Hidupnya Tidak Bisa Bahagia dan Dapat Balasan Menyakitkan? ". Semoga isi postingan info yang saya tulis ini dapat bermanfaat untuk sahabat semua.



Tahukah Kamu Mengapa Orang Selingkuh Hidupnya Tidak Bisa Bahagia dan Dapat Balasan Menyakitkan?

Mengapa orang yang selingkuh (mengkhianati suami atau istrinya) hidupnya tidak bisa bahagia? Dan mengapa kadang-kadang ia seperti mendapatkan balasan yang menyakitkan misalnya pada kehormatan anak atau saudaranya?
Sesungguhnya, setiap muslim telah dibekali dengan hati yang fitrah. Hati yang suci, hati yang bening. Ketika ia berbuat dosa, ia akan resah. Ketika ia berbuat maksiat, ia akan merasa bersalah. Ia sadar dosa dan kemaksiatan adalah aib yang jika dibuka, ia akan malu.

“Dan dosa adalah sesuatu yang mengganjal di dalam dada dan engkau tidak suka jika dilihat orang” (Muttafaq ‘alaih)

Dosa berupa selingkuh merupakan dosa besar. Baik yang berupa selingkuh cinta apalagi selingkuh zina. Sebab ia mengkhianati suami/istri dan melanggar larangan Allah untuk menjauhi zina. Maka (sebagian) balasannya pun akan disegerakan di dunia.

“Dua perkara yang disegerakan balasannya di dunia: perbuatan keji dan durhaka” (HR. Hakim; shahih)

Balasan di dunia ini bentuknya bermacam-macam. Yang paling umum adalah dicabutnya kekhusyu’an saat beribadah dan dicabutnya kedamaian jiwa. Jadilah hidupnya tidak bahagia.

Belum lagi balasan di akhirat yang berupa azab pedih; panasnya api neraka.

Sedangkan mengenai orang lain yang terkena azab akibat perbuatan dosa seseorang, dalam Islam tidak dikenal dosa warisan. Seorang anak yang diselingkuhi atau saudara yang kehormatannya dirusak, bukanlah balasan langsung akibat perbuatan selingkuh seseorang. Jika pun seorang anak akan mencontoh perilaku ayah/ibunya, itu adalah persoalan lain yang seharusnya menjadi perhatian setiap orang tua agar hanya melakukan dan mencontohkan yang baik-baik saja.
Selengkapnya

Kisah Nyata, Meskipun Sempat Diusir Oleh Orangtua, Namun Cinta Kepada Islam Memantapkan Hati Perempuan Ini

By sulthan

Islam sungguh seindah-indahnya sebuah agama. Membuat siapa saja yang ditunjukkNya jatuh cinta sedalam-dalamnya pada agama yang membawa kedamaian ini. Ajarannya yang membawa pada kebaikan, akan menuntun siapa saja yang beriman dan bertawqa ke dalam surgaNya.

Kecintaan pada Islam bukan cinta biasa semata. Namun sebuah cinta yang mampu membawa kepada ketenangan, kebahagiaan, dan syahdu yang nyata.


Theressa, remaja berusia 13 tahun ini pertama kali merasakan kedamaian yang sesungguhnya. Hatinya bagaikan sebuah ladang bunga luas menghampar.

Islam pertama kali membuatnya jatuh cinta. Beberapa tahun setelah itu, dengan berani dan yakin menjadikan Islam sebagai identitas barunya. Walau dirinya sempat dimarahi, disindir, dan diusir oleh orangtua, cinta dan rindunya terhadap Allah yang menjadikan ia pantang menyerah.

Mulanya mengenal Islam saat There masih duduk di bangku sekolah dasa. Ia kemudian jatuh cinta pada usia 13 tahun. Bukan jatuh cinta terhadap lawan jenis yang dialaminya.

Muslimah kelahiran 25 Agustus 1996 ini menjatuhkan hatinya pada agama Islam. Dirinya dibuat kagum dengan merasa bahwa Islam adalah agama yang benar sebagai jalan keluar dari setiap masalah.

Bertahun-tahun kemudian, kegundahan muncul di hatinya. Semakin banyak yang ia tahu tentang Islam, semakin ia mempertanyakan kejanggalan tentang keyakinanya.

Seakan ada gejolak hati yang membuatnya tak tenang. Bahkan saat diajak untuk beribadah oleh orangtua, There marasa tak nyaman. Wanita ini lebih percaya pada Allah daripada sosok Tuhan yang dikenalnya sejak kecil.

Lulus SMA, anak bungsu ini semakin gelisah. Hidupnya tak tenang, seperti ada batu dalam hati yang membuatnya semakin sesak dan tak nyaman.

Sedih berkepanjangan tanpa jalan keluar. Pikirannya buntu mencari cara bagaimana agar dirinya berhenti bersedih. Bingung dan bimbang harus berdoa kepada siapa. Ia tak dapat mengambil langkah dan tujuan kepada siapa dirinya harus meminta tolong.

Tuhan yang saat itu dipercayai tak membuatnya yakin dapat mengambulkan permintaanya. Sedangkan ia ingin berdoa kepada Allah, tapi ia bukan seorang muslim.

Dilema dalam pikirannya terus tinggal. Berat meninggalkan agama terdahulu. Tapi ia sadar bahwa Allah dan Islam adalah pilihan yang benar dan tepat. Terus menerus mempertanyakan tentang keyakinannya, semakin dirinya terombang-ambing.

Sungguh Allah sebaik-baiknya pemberi petunjuk. Seakan hari itu ia diingatkan kembali pada cinta dulu. Cinta terhadap Islam telah memberi arah dan jalan keluar. Allahlah yang ia cari dan ia rindukan selama ini.

Dengan hati yang mantap dan niat yang lurus, serta bantuan dari teman-teman, There kemudian memutusan merubah keyakinan yang ia peluk selama ini.

Islam menjadi identitasnya yang baru. Kegundaan meninggalkan dirinya yang kini merasa tenang dan aman mencapai surga-Nya. Telah ia dapatkan alasan untuk berhenti bersedih dan jawaban atas pertanyaan-pertaanyaan hatinya.

Orangtua There awalnya marah mengetahui sang anak menjadi muslim. Kata-kata kasar dan sindiran sempat dilontarkan, bahkan dirinya sempat diusir dari rumah.

Hal tersebut tak meruntuhkan semangat There untuk memperjuangkan cintanya kepada Sang Illahi, ia pantang menyerah.

Karena cinta dan kasih sayang yang tak pernah henti kepada anak, kini mereka mulai mengerti dan menerima pilihan There sebagai muslimah. Penyuka kumpulan sajak “Aku” ini terus mendoakan agar sang ibu dan bapaknya juga diberi hidayah.

Cerita lain juga datang dari wanita yang hobi menulis puisi dan membaca buku psikologi ini, tenyata There telah jatuh cinta pada hijab bahkan sebelum menjadi mualaf.

Kegiatannya yang seorang aktivis PMI memaksan dirinya untuk lebih sering berada di lapangan bersama orang-orang yang bukan muhrimnya.

Hal itulah yang membuatnya memakai hijab. Wanita ini sadar bahwa ia harus melindungi dirinya dengan hijab. Ia merasa lebih nyaman dan aman setelah menggunakan penutup aurat.

Tak hanya itu, menurutnya, wanita akan lebih terlihat cantik bila mengenakan hijab. Penyuka jus alpukat satu ini punya harapan basar ceritanya akan menginspirasi calon muslimah dan muslimah lain.

Agar dirinya dan muslimah lain mencintai Islam dan terus berhijrah. Doa lain adalah agar selalu dekat dengan Allah dan diberikan jodoh yang akan menuntun ke surga kelak.


“Jika kamu merasa sulit menemukan jawaban dan kegundahan dan kegalauan, berdoalah kepada Allah. Allah selalu memiliki jawaban-jawaban yang indah.”
Selengkapnya

KODE ETIK DAN ETIKA PENDIDIK PAUD

By sulthan

PAUD-Anakbermainbelajar----Kode etik merupakan bagian dari perilaku dan pengetahuan yang sangat penting untuk diketahui, dipahami, dan diterapkan oleh seorang pendidik. Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Sehingga dengan kata lain, kode etik profesi memberi panduan pada individu-individu dengan profesi terkait, dalam hal ini pendidik, mengenai apa yang boleh mereka laksanakan atau larangan yang sebaiknay mereka hindari. Seorang guru akan mengetahui tentang aturan-aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam melaksanakan profesinya seorang guru.

Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Keberadaan kode etik profesi pendidik bertujuan untuk :
1. Menjunjung tinggi martabat profesi
2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
3. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Meningkatkan mutu profesi 
5. Meningkatkan mutu organisasi profesi

Kode etik disusun biasanya menyesuaikan konteks lokal dimana setiap region biasanya memodifikasi kode etik profesi mereka sesuai dengan nilai dna norma yang berlaku di region tersebut walaupun tetap ada prinsip-prinsip umum yang teguh dipegang dan berlaku universal diberbagai wilayah. Pada umumnya, kode etik pendidik bersumber dari :
  1. Nilai-nilai agama dan Pancasila
  2. Nilai-nilai komperensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesi
  3. Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan jasmaniah, emosional, sosial, dan spiritual.

Kode etik guru/pendidik Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nila-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematis alam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi kode etik guru Indonesia adlaah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Ada beberapa butir mengenai kode etik guru Indonesia, antara lain:
  1. Berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya berjiwa Pancasila
  2. Memiliki dan melaksanakan kejuruan profesional
  3. Berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan
  4. Menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar
  5. Memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
  6. Secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam kongres PGRI KE XIII tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI ke XVI tahun 1989. Berikut penjabarannya (Djumiran, http:/pjjpgsd.dikti.go.id);

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia 
    seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
  • Guru menghormati hak individu, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dari anak didiknya masing-masing.
  • Guru menghormati dan membimbing kepribadian anak didiknya
  • Guru menyadari bahwa intelegensi, moral dan jasmani adalah tujuan utama pendidikan
  • Guru melatih anak didik memecahkan masalah-masalah dan membina daya kreasi agar dapat menunjang masyarakat yang sedang membangun
  • Guru membantu sekolah dalam usaha mananamkan pengetahuan, keterampilan kepada anak didik.

Kasus PAUD, Pendidik PAUD, Ilustrasi Mendidik Anak PAUD, Etika Guru-Pendidik PAUD

2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai kebutuhan 
    anak didik masing-masing.
  • Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan anak didiknya masing-masing
  • Guru hendaknya fleksibel di dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing
  • Guru memberi pelajaran di dalam dan di luar sekolah berdasarkan kurikulum dan berlaku secara baik tanpa membedakan jenis dan posisi sosial orang tua murid.
Kasus PAUD, Pendidik PAUD, Ilustrasi Mendidik Anak PAUD, Etika Guru-Pendidik PAUD



3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak 
    didik, tetapi menghindarkan diri dari segala penyalahgunaan.
  • Komunikasi guru dan anak didik didalam dan diluar sekolah dilandaskan pada rasa kasih sayang.
  • Untuk berhasilnya pendidikan, guru harus mengetahui kepribadian anak dan latar belakang keluarga
  • Komunikasi hanya diadakan semata-mata untuk kepentingan pendidikan anak didik.
Kasus PAUD, Pendidik PAUD, Ilustrasi Mendidik Anak PAUD, Etika Guru-Pendidik PAUD

Demikianlah tentang Kode etik dan etika pendidik PAUD, yang dapat kita jadikan acuan dalam rangka menjalankan tugas kita sebagai seorang pendidik PAUD yang profesional, semoga bermanfaat. Terimakasih.


Sumber: dirangkum dari Buku Seri Bahan Ajar Diklat Berjenjang Tingkat Dasar "Etika dan Karakter Pendidik PAUD" Dirjen PAUD, Nonformal, dan Informal, Direktoran Pembinaan PTK PAUD, Nonformal, dan Informal, tahun 2013.

Selengkapnya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN KARAKTER PENDIDIK PAUD

By sulthan on Senin, 31 Juli 2017

Pendidik PAUD, Karakteristik Pendidik PAUD, Pendidik PAUD yang baik,
PTK PAUD
PAUD-Anakbermainbelajar----Menjadi pendidik PAUD yang berkarakter merupakan hal yang sangat penting. Karakter menunjukan siapa diri kita sebenarnya dan menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan. Karakter juga menentukan sikap, perkataan, dan tindakan seseorang dimana hal-hal tersebut dapat membantu untuk mencapai kesuksesan. Pembentukan karakter individu pada umumnya melalui berbagai proses dimana banyak faktor yang berperan selama proses pembentukan karakater belangsung. Karakter terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.

V. Campbell dan R. Obligasi (1982) menyatakan ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan karakter seseorang yaitu :
1. Faktor keturunan
2. Pengalaman masa kanak-kanak
3. Pemodelan orang dewasa atau orang yang lebih tua
4. Pengaruh lingkungan sebaya
5. Lingkungan fisik dan sosial
6. Substansi materi di sekolah atau lembaga pendidikan lain
7. Media massa.

Untuk mengembangkan karakter yang baik perlu ada suatu penentuan dan pendefinisian kualitas karakter yang akan ditanamkan sehingga dapat dimengerti oleh semua orang antara lain dengan memberikan ilustrasi-ilustrasi atau aktivitas.

Dalam proses pembentukan karakter yang baik perlu adanya kontrol internal dan kontrol sosial yang menuntut individu untuk memiliki karakter positif tertentu. MIsalnya saja sebagai pendidik (guru) dalam suatu komunitas pendidikan, seperti PAUD, dibutuhkan karakter seperti jujur, perhatian, sabar, dan karakter positif lain sebab pendidik dalam komunitas pendidikan berperan sebagai teladan dan model bagi anak didiknya.

Selain pendefinisian yang jelas mengenai kualitas karakter yang diinginkan serta adanya kontrol internal dan kontrol sosial, dalam pembentukan karakter, khususnya karakter yang baik atau positif, diperlukan renfotcement atau penguatan dari luar (eksternal) melalui bentuk-bentuk penghargaan terhadap karakter baik yang ditujukan. Penghargaan yang ditujukan dapat berupa pujian atau hadiah (reward) tertentu. Seorang pimpinan dalam lembaga PAUD, misalnya, dapat memuji pendidik PAUD yang mengajar di tempatnya atas karakter baik yang ditunjukan seperti, " wah, saya perhatikan Ibu Yuni selalu tepat waktu datang ke sekolah. Bagus sekali itu. Pertahankan terus ya, bu". Pujian-pujian yang diberikan, terutama di depan publik, atau reward dalam bentuk lain walaupun bersifat sederhana namun apabila diberikan terus menerus akan membentuk pemahaman dan keyakinan pada individu mengenai karakter baik sehingga karakter tersebut akan terus dilakukan.

Karakter merupakan salah satu poin penting yang menentukan keberhasilan seseorang. Temuan dari universitas Harvard, 85% dari sebab-sebab kesuksesan, pencapaian sasaran, promosi jabatan, dan lain-lain, adalah karena sikap-sikap seseorang. Hanya 15% disebabkan oleh keahlian atau kompetensi teknis yang dimilikinya. Oleh sebab itu, terkait upaya membangun karakter positif, khususnya dalam diri pendidik, disusunlah 16 pilar pembangunan karakter :
  1. kasih sayang
  2. Penghargaan
  3. Pemberian ruang untuk pengembangan diri
  4. Kepercayaan 
  5. Kerjasama
  6. Saling berbagi
  7. Saling memotivasi
  8. Saling mendengarkan
  9. Saling berinteraksi secara positif
  10. Saling menanamkan nilai-nilai moral
  11. Saling mengingatkan dengan ketulusan hati
  12. Saling menularkan antusiasme
  13. Saling menggali potensi diri
  14. Saling mengajari dengan kerendahan hati
  15. Saling menginspirasi
  16. Saling menghormati perbedaan.
Dalam tahapan selanjutnya seorang pendidik diharapkan mempunyai karakteristik yang sesuai dengan profesinya sebagai seorang pendidik PAUD. Adapun karakteristik pendidik adalah sebagai berikut :
  1. Seseorang yang dituntut untuk berkomitmen terhadap profesinya, orang yang selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman.
  2. Seseorang yang memiliki ilmu, yang mampu menangkap hakikat sesuatu, orang yang mampu menjelaskan hakikat dalam pengetahuan yang diajarkannya
  3. Seseorang yang kreatif, yang mampu menyiapkan peserta didiknya agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam sekitar, 
  4. Seseorang yang berusaha menularkan penghayatan akhlak atau kepribadian kepada peserta didiknya.
  5. Seseorang yang berusaha mencerdaskan peserta didiknay, melatihkan berbagai keterampilan mereka sesuai bakat, minat, dan kemampuan
  6. Seseorang yang beradab.
Demikian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter pendidik pendidikan anak usia dini (PAUD) semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita para pendidik khususnya pendidik PAUD, agar menjadi seseorang yang mempunyai karakter pendidik seperti yang diharapkan. terimakasih.

Sumber: Dirangkum dari berbagi sumber. 
Gambar: Koleksi Pribadi

Selengkapnya

DEVELOPMENTALLY APPROPRIATI PRACTISE

By sulthan on Minggu, 23 Juli 2017

PAUD-Anakbermainbelajar---Di dalam mengembangkan aspek fisik, sosial, emosional dan kognitif dari seorang anak selain diperlukan lingkungan yang aman dan memberikan pengasuhan yang baik maka hal lain yang perlu dipahami oleh orang tua dan para guru-pendidik PAUD adalah prinsip perkembang yang mengacu pada Developmentally appropriate practice (latihan yang sesuai dengan perkembangan).

Pengertian DAP (Developmentally Appropriate Practice) DAP atau dalam terjemahan bebas Bahasa Indonesia adalah pendidikan yang patut dan menyenangkan sesuai dengan tahapan perkembangan anak, mencerminkan proses pembelajaran yang bersifat interaktif. Konsep DAP yang dikembangkan melalui baragam kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak menyebabkan anak memiliki pengalaman yang kongkrit serta menyenangkan saat terjadinya proses belajar, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran (awareness) pada anak.

Terjemahan bebas dari Developmentally Appropriate Practice (DAP) dalam bahasa Indonesia adalah “ Pendidikan yang patut dan mneyenangkan”. Tiga dimiensi dalam konsep DAP adalah (1) Patut menurut umur, maksudnya sesuai dengan tahap- tahap perkembangan anak, (2) Patut menurut lingkungan sosial dan budaya, yaitu sesuai dengan pengalaman belajar yang bermakna, relevan dan sesuai dengan kondisi social budaya, dan (3) Patut secara individual, yaitu sesuai dengan pertumbuhan dan karakteristik anak, kelebihannya, ketertarikannya dan pengalaman- pengalamannya. (Baca juga pengertian Developmentally appropriate practise dalam PAUD di sini !!

Pengalaman anak-anak adalah membedah perasaan, dan tidak hanya perilaku terbuka dengan meberikan anak-anak suatu lingkungan dan emosi-emosi yang dikehendaki akan lazim dan emosi-emosi yang tidak dikehendaki menjadi jarang.


Konsep Developmentally appropriate practise  (latihan yang sesuai dengan perkembangan), meliputi tida aspek yaitu :
  1. Kesesuaian Usia, dimana pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada anak di 9 tahun pertama kehidupan bersifat universal dan ada pada urutan yang dapat diprediksi. Adapun perubahan yang terjadi secara terprediksi meliputi perubahan fisik, emosional, sosial dan kognitif. Sehingga orangtua maupun guru dapat menyiapkan lingkungan pembelajaran dan pengalaman yang sesuai secara terencana.
  2. Kesesuaian secara individual. Setiap anak merupakan makhluk yang unik ia memiliki pola dan waktu untuk berkembang yang berbeda satu sama lain, sama seperti kepribadian, gaya belajar yang sangat individual. Dalam menyiapkan proses pembelajaran harus dapat mengakomodasikan keunikan dari masing-masing anak.
  3. Kesesuaian secara sosial dan budaya. Latar belakang sosial dan budaya anak yang berbeda harus dipahami oleh tenaga pendidik, dan keadaan ini dapat dijadikan bahan acuan dalam mempersiapkan materi yang sesuai dan berarti bagi kehidupan anak. Misalnya anak anak yang hidup di daerah pantai akan lebih mudah memahami setiap informasi baru jika berkaitan dengan laut, pantai, ikan, pohon kelapa dan lain-lain.

Ketika menerapkan Develompentally appropriate practice (latihan yang sesuai dengan perkembangan). maka ada 5 dimensi yang saling berkaitan yang harus menjadi perhatian yaitu :
  1. Menciptakan komunitas belajar yang kodusif; dimana dapat terjadi hubungan baik antara anak dan orang dewasa, anak dengan anak, diantara guru-guru sendiri dan antara guru dan keluarga. Komunitas tersebut mewujudkan situasi pengasuhan yang kondusif yang dapat menunjang anak berkembang dan belajar.
  2. Menciptakan cara pengajara yang dapat meningkatkan dan memperbaiki perkembangan dan proses belajar; pendidik anak usia dini berusaha untuk mencapai keseimbangan antara membimbing anak untuk belajar dan juga mengikuti arahan mereka.
  3. Membangun kurikulum yang sesuai; isi dari menu pembelajaran anak usia dini mencakup subyek yang dipelajari, nilai-nilai sosial dan budaya, masukan dari orang tua, usia dan pengalaman dari anak-anak sendiri. 
  4. Memberikan penilaian terhadap perkembangan dan proses belajar anak; penilaian terhadap perkembangan dan proses belajar masing-masing individu penting untuk membuat perencanaan dan implementasi menu pembelajaran yang sesuai.
  5. Membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan keluarga; Develompentally appropriate practice sangat memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai kondisi individual anak dan konteks lingkungan dimana anak berkembang dan belajar. Dengan demikian menjalin hubungan yang erat dengan keluarga akan sangat menunjang.


DAP mencerminkan suatu pembelajaran yang interaktif dan berpandangan konstruktivisme. Kunci dari pendekatan ini adalah prinsip bahwa anak pada dasarnya membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik mereka. Dalam pendekatan ini diupayakan agar anak dapat memotivasi dan mengarahkan diri secara intrinsik, pembelajaran yang efektif yang mampu membangkitkan keingintahuan mereka melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen dan dalam pengalaman nyata.

Adapun Vogotsky berpendapat bahwa bermain dan aktifitas yang bersifat konkrit dapat memberikan momentum alami bagi anak untuk belajar sesuatu yang sesuai dengan tahap perkembangan umurnya (age appropriate), dan kebutuhan spesifik anak (individual needs). Bermain adalah cara yang paling efektif untuk mematangkan perkembangan anak pada usia pra-sekolah (Pre-operatioanal thinking), dan pada masa sekolah dasar (Concrete operatioanal thinking).

Demikian tentang Developmentally appropriate practise  (latihan yang sesuai dengan perkembangan),  Semoga bermanfaat. Terimakasih.


Baca juga pengertian DAP selengkapnya klik di sini !!
Selengkapnya

SEKILAS SEJARAH SINGKAT AWAL MULA PAUD DI SINGAPURA

By sulthan on Rabu, 19 Juli 2017

Gambar-koleksi Singapura
PAUD-Anakbermainbelajar---Awal tahun 1950-an, pendidikan di Singapura dimulai oleh gereja sebagai bentuk pelayanan bagi jemaat dan masyarakat luas. Lalu pada tahun 1960-an, pendidikan prasekolah sudah lebih berkembang dibawahi oleh People's Association (PA). Badan tersebut juga menyelenggarakan program pendidikan bagi para guru.

Dengan berjalannya waktu, lebih banyak badan atau institusi privat yang ambil bagian dalam perkembangan pendidikan Taman Kanak-kanak, seperti kelompok Mesjid dan YWCA. Sampai beberapa tahun lalu kelompok pendidikan anak usia dini yang terbesar adalah People's Action Party Community Foundation (PCF). SEkolah-sekolah yang dinaungi PCF dioperasikan oleh setiap anggota dari "Parliament's Constituency",

Dalam Singapura Publication "In vesting in Our Future: The Early Years" (2000), Dr. Pamela Sharpe menyatakan bahwa setidaknya ada 104.000 anak, yang berusia antara 4-6 tahun, bergabung di 389 sekolah yang mempunyai program 2-4 jam setiap harinya, Sekolah-sekolah ini dibawahi oleh Departemen Pendidikan dimana sekolah-sekolah ini harus terdaftar dan mempunyai ijin yang dikeluarkan oleh departemen tersebut.

Sedangkan bagi sekolah-sekolah atau pusat/tempat penitipan anak bagi anak berusia 2-6 tahun yang membutuhkan perawatan dan pendidikan lebih dari 6 (enam) jam sehari, dinaungi oleh Departemen Pembangunan Kemasyarakatan, Pemuda dan Olahraga (Ministry of Community Development, Youth and Sport). Menurut Sharpe, 2000: pusat-pusat tersebut menangani 34.637 anak. Era 1980-an, sejak perekonomian di Singapura menanjakdan diperbolehkannya kaum perempuan berkecipung dalam bidang pertahanan dan keamanan, pertumbuhan tempat penitipan anak berkembang pesat. Tahun 1987, setidaknya satu tempat penitipan anak dibuka untuk setiap minggunya.

Pendidikan anak usia dini tersebar luas di seluruh Singapura kecuali wilayah Changi Airport pada bagian timur, Jurong Industrial Area di bagian barat dan daerah sekitar penampungan air.  Di Singapura sendiri, Pendidikan pra sekolah diselenggarakan oleh Taman kanak-kanak dan pusat perawatan anak, terdiri dari program tiga tahun untuk anak usia 3 hingga 6 tahun. Terdaftar pada menteri pendidikan, Taman kanak-kanak di Singapura dilaksanakan oleh yayasan masyarakat, perkumpulan keagamaan, organisasi sosial dan bisnis. Pusat perawatan anak mendapat ijin dari Menteri Pengembangan Masyarakat dan olah raga.

Kebanyakan dari Taman kanak-kanak menyelenggarakan dua sesi sehari dengan tiap sesi pelatihan dari 2, 5 sampai 4 jam, 5-hari setiap minggunya. Pada umumnya kurikulum termasuk program berbahasa Inggris dan bahasa asing dengan pengecualian terhadap sistem luar negeri yaitu pada sekolah Internasional yang menawarkan program Taman kanak-kanak bagi anak-anak ekspatriat. Periode pendaftaran bagi setiap Taman kanak-kanak dan pusat perawatan berbeda-beda.

Kebanyakan dari pusat perawatan anak menerima siswa dari negara manapun sepanjang tahun selama masih ada ketersediaan tempat. Silahkan menghubungi Taman kanak-kanak tersebut secara langsung untuk informasi mengenai pendaftaran, kurikulum dan lainnya.

Selengkapnya