DEVELOPMENTALLY APPROPRIATI PRACTISE

By sulthan on Minggu, 23 Juli 2017

PAUD-Anakbermainbelajar---Di dalam mengembangkan aspek fisik, sosial, emosional dan kognitif dari seorang anak selain diperlukan lingkungan yang aman dan memberikan pengasuhan yang baik maka hal lain yang perlu dipahami oleh orang tua dan para guru-pendidik PAUD adalah prinsip perkembang yang mengacu pada Developmentally appropriate practice (latihan yang sesuai dengan perkembangan).

Pengertian DAP (Developmentally Appropriate Practice) DAP atau dalam terjemahan bebas Bahasa Indonesia adalah pendidikan yang patut dan menyenangkan sesuai dengan tahapan perkembangan anak, mencerminkan proses pembelajaran yang bersifat interaktif. Konsep DAP yang dikembangkan melalui baragam kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak menyebabkan anak memiliki pengalaman yang kongkrit serta menyenangkan saat terjadinya proses belajar, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran (awareness) pada anak.

Terjemahan bebas dari Developmentally Appropriate Practice (DAP) dalam bahasa Indonesia adalah “ Pendidikan yang patut dan mneyenangkan”. Tiga dimiensi dalam konsep DAP adalah (1) Patut menurut umur, maksudnya sesuai dengan tahap- tahap perkembangan anak, (2) Patut menurut lingkungan sosial dan budaya, yaitu sesuai dengan pengalaman belajar yang bermakna, relevan dan sesuai dengan kondisi social budaya, dan (3) Patut secara individual, yaitu sesuai dengan pertumbuhan dan karakteristik anak, kelebihannya, ketertarikannya dan pengalaman- pengalamannya. (Baca juga pengertian Developmentally appropriate practise dalam PAUD di sini !!

Pengalaman anak-anak adalah membedah perasaan, dan tidak hanya perilaku terbuka dengan meberikan anak-anak suatu lingkungan dan emosi-emosi yang dikehendaki akan lazim dan emosi-emosi yang tidak dikehendaki menjadi jarang.


Konsep Developmentally appropriate practise  (latihan yang sesuai dengan perkembangan), meliputi tida aspek yaitu :
  1. Kesesuaian Usia, dimana pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada anak di 9 tahun pertama kehidupan bersifat universal dan ada pada urutan yang dapat diprediksi. Adapun perubahan yang terjadi secara terprediksi meliputi perubahan fisik, emosional, sosial dan kognitif. Sehingga orangtua maupun guru dapat menyiapkan lingkungan pembelajaran dan pengalaman yang sesuai secara terencana.
  2. Kesesuaian secara individual. Setiap anak merupakan makhluk yang unik ia memiliki pola dan waktu untuk berkembang yang berbeda satu sama lain, sama seperti kepribadian, gaya belajar yang sangat individual. Dalam menyiapkan proses pembelajaran harus dapat mengakomodasikan keunikan dari masing-masing anak.
  3. Kesesuaian secara sosial dan budaya. Latar belakang sosial dan budaya anak yang berbeda harus dipahami oleh tenaga pendidik, dan keadaan ini dapat dijadikan bahan acuan dalam mempersiapkan materi yang sesuai dan berarti bagi kehidupan anak. Misalnya anak anak yang hidup di daerah pantai akan lebih mudah memahami setiap informasi baru jika berkaitan dengan laut, pantai, ikan, pohon kelapa dan lain-lain.

Ketika menerapkan Develompentally appropriate practice (latihan yang sesuai dengan perkembangan). maka ada 5 dimensi yang saling berkaitan yang harus menjadi perhatian yaitu :
  1. Menciptakan komunitas belajar yang kodusif; dimana dapat terjadi hubungan baik antara anak dan orang dewasa, anak dengan anak, diantara guru-guru sendiri dan antara guru dan keluarga. Komunitas tersebut mewujudkan situasi pengasuhan yang kondusif yang dapat menunjang anak berkembang dan belajar.
  2. Menciptakan cara pengajara yang dapat meningkatkan dan memperbaiki perkembangan dan proses belajar; pendidik anak usia dini berusaha untuk mencapai keseimbangan antara membimbing anak untuk belajar dan juga mengikuti arahan mereka.
  3. Membangun kurikulum yang sesuai; isi dari menu pembelajaran anak usia dini mencakup subyek yang dipelajari, nilai-nilai sosial dan budaya, masukan dari orang tua, usia dan pengalaman dari anak-anak sendiri. 
  4. Memberikan penilaian terhadap perkembangan dan proses belajar anak; penilaian terhadap perkembangan dan proses belajar masing-masing individu penting untuk membuat perencanaan dan implementasi menu pembelajaran yang sesuai.
  5. Membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan keluarga; Develompentally appropriate practice sangat memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai kondisi individual anak dan konteks lingkungan dimana anak berkembang dan belajar. Dengan demikian menjalin hubungan yang erat dengan keluarga akan sangat menunjang.


DAP mencerminkan suatu pembelajaran yang interaktif dan berpandangan konstruktivisme. Kunci dari pendekatan ini adalah prinsip bahwa anak pada dasarnya membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik mereka. Dalam pendekatan ini diupayakan agar anak dapat memotivasi dan mengarahkan diri secara intrinsik, pembelajaran yang efektif yang mampu membangkitkan keingintahuan mereka melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen dan dalam pengalaman nyata.

Adapun Vogotsky berpendapat bahwa bermain dan aktifitas yang bersifat konkrit dapat memberikan momentum alami bagi anak untuk belajar sesuatu yang sesuai dengan tahap perkembangan umurnya (age appropriate), dan kebutuhan spesifik anak (individual needs). Bermain adalah cara yang paling efektif untuk mematangkan perkembangan anak pada usia pra-sekolah (Pre-operatioanal thinking), dan pada masa sekolah dasar (Concrete operatioanal thinking).

Demikian tentang Developmentally appropriate practise  (latihan yang sesuai dengan perkembangan),  Semoga bermanfaat. Terimakasih.


Baca juga pengertian DAP selengkapnya klik di sini !!