Kisah Muallaf: Semua Agama Tidak Masuk Akal Hingga Mengantarkanku Masuk Islam
Assalamu’alaikum. Sejujurnya, aku tak pernah ingin menjadi Muslim. Aku juga tak pernah ingin menjadi Kristen. Tapi ternyata, Al Quran memunyai daya tarik tertentu yang memikat intelektualku.
Dulu, sebelum tahu Islam, menurutku semua agama itu tak masuk akal. Aku lebih suka memakai otakku daripada mencari tahu di kitab-kitab tua tentang bagaimana cara menghadapi hidup. Andai saja saat itu ada orang yang memberiku uang jutaan dolar supaya aku mau memeluk salah satu agama, pasti akan kutolak mentah-mentah. Tapi aku masih belum puas hanya ?sekadar? tidak beragama. Aku masih ingin membuktikan bahwa semua agama itu nonsense dan hoax saja. Aku benar-benar bertekad untuk melakukannya.
Dan sekarang di sinilah aku, seorang muslimah.
Tentu itu semua tidak tiba-tiba. Aku pun juga berikrar syahadat awal masuk Islam. Tapi uniknya, pilihanku saat itu adalah aku tak punya pilihan lain lagi. Pada dasarnya, aku ?dipaksa? masuk Islam. Satu? hal yang menarik ketika aku berdiskusi dengan penganut agama lain selain Islam adalah, ?keinginan? mereka untuk percaya terhadap dogma agamanya. Seberapa tidak masuk akalnya ajaran agama yang dipeluknya tersebut, mereka berusaha mengabaikannya dan terus saja percaya membabi buta tanpa berusaha mempertanyakannya.
Aku pun juga berikrar syahadat awal masuk Islam. Tapi uniknya, pilihanku saat itu adalah aku tak punya pilihan lain lagi. Pada dasarnya, aku ?dipaksa? masuk Islam
Sebetulnya aku bukanlah tipe manusia yang terdorong untuk mencari tuhannya. Tapi bilapun aku harus melakukannya, rasanya tak mungkin aku mencari tuhan di kitab-kitab tua, di bangunan atau bahkan bertanya pada manusia.
Dulu aku selalu menganggap bahwa agama hanyalah angan-angan yang dibuat oleh manusia. Semua yang ada dalam agama tidak ada buktinya. Ketika aku membaca kitab suci, aku bukan mencari petunjuk. Aku mencari kesalahan yang pasti akan kutemukan di dalamnya. Cara ini menurutku sangat objektif untuk mempelajari agama dan membuktikan omong kosongnya.
Quran pertammaku bahkan kudapat secara gratis. Aku bahkan tidak merasa perlu mengobrol dengan mahasiswa muslim yang berdiri di dekat tumpukan Quran yang dibagikan gratis tersebut. Aku tidak tertarik berbincang dengan mereka. Aku hanya tertatarik pada kitabnya untuk merendahkannya.
Aku pun membaca Al Quran tersebut. Bukan hanya sekali tapi berkali-kali hingga sampul dan halamannya lecek karena terlalu sering kubuka dan kubaca, aku menjadi semakin pendiam. Ini benar-benar kitab yang berbeda dari agama lain yang pernah kubaca. Al Quran ini begitu mudah untuk kupahami dan semuanya terasa begitu jelas.
Aku bahkan bisa menjelaskan ketika ada salah satu teman yang dengan sok tahunya mengatakan bahwa tuhannya orang Islam itu pemarah dan pendendam. Tanpa sadar, aku membela tuhannya umat Islam, membuka Al Quran dan menunjukkan halamannya yang sudah sangat kuhapal dan menunjukkan padanya bagian yang mengatakan ?Sungguh, Allah itu Maha Pemaaf dan Penyayang.?
Ini luar biasa karena seolah-olah Quran berbicara sendiri secara langsung padaku, merespon masalah dalam hidupku. Memang ini adalah ?kitab tua? tapi anehnya sangat relevan dengan masa kini.
Membaca Al Quran, aku merasakan keindahan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kitab ini begitu memahami diriku dan berbicara akran denganku. Ini adalah kitab yang sangat sesuai untuk akal dan intelektualku
Membaca Al Quran, aku merasakan keindahan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kitab ini begitu memahami diriku dan berbicara akran denganku. Ini adalah kitab yang sangat sesuai untuk akal dan intelektualku. Al Quran mengajakku untuk berpikir, merenung dan mempertimbangkan segala sesuatunya. Al Quran menolak iman yang diyakini dengan buta. Sebaliknya, Al Quran mendorong manusia untuk menemukan alasan bagi segala sesuatu dan berpikir tentangnya. Al Quran mengarahkan manusia menuju kebaikan, mengenal penciptanya, dan tetap rendah hati.
Setelah beberapa lamanya aku akrab dengan Al Quran, ketertarikanku pada Islam mulai tumbuh. Aku pun berusaha membaca buku-buku lain tentang Islam. Aku mulai menemukan jalan baru untuk memulai hidup.
Dipandu oleh Al Quran, aku mengenal satu sosok agung yang hidupnya penuh keindahan akan ketaatan pada Tuhannya, Muhammad SAW. Manusia agung ini tak memiliki satu pun ciri-ciri pendusta. Setiap malam ia berdoa memintakan maaf bagi orang-orang yang membencinya dan berdoa untuk kebaikannya. Manusia agung yang menolak harta dunia dan tahta, dan mengabdikan dirinya hanya untuk penghambaan pada Allah semata. Di sinilah aku jatuh cinta pada Islam dan ?terpaksa? masuk Islam meskipun tak ada dalam rencana hidupku sebelumnya. (iconvertislam/voa-islam).