PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR PAUD

By sulthan on Selasa, 20 November 2012

Pengertian PAUD

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan yang memberikan pengasuhan, perawatan, dan pelayanan kepada anak Usial Lahir sampai 6 tahun. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki sekolah dasar dan kehidupan tahap berikutnya.
   
Pendidikan usia dini  merupakan wahana  pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan pada lembaga pendidikan anak usia dini, seperti : Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, Satuan Padu Sejenis  maupun Taman Kanak-kanak sangat tergantung pada sistem dan proses pendidikan yang dijalankan. 

Salah satu pemenuhan hak pendidikan sejak dini pada usia 3-5 tahun yang kemudian dilakukan masyarakat dan pemerintah yaitu program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Didalam pelaksanaannya, setiap kelurahan yang ada di Indonesia didorong untuk memiliki minimal satu PAUD. PAUD merupakan alternatif pemenuhan hak pendidikan selain Taman Kanak-Kanak (TK) atau Taman Pendidikan Alqur�an (TPA).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2005, PAUD termasuk dalam jenis pendidikan Non Formal. Pendidikan Non Formal selain PAUD yaitu Tempat Penitipan Anak (TPA), Play Group dan PAUD Sejenis. PAUD sejenis artinya PAUD yang diselenggarakan bersama dengan program Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu untuk kesehatan ibu dan anak). Sedangkan pada Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), PAUD dimasukkan kedalam program Pendidikan Luar Sekolah (PLS).

Pada penyelenggaraan PAUD, jenis pendidikan ini tidak menggunakan kurikulum baku dari Depdiknas, melainkan menggunakan rencana pengajaran yang disebut Menu Besar. Menu Besar ini mencakup pendidikan moral dan nilai keagamaan, fisik/motorik, bahasa, sosial-emosional dan seni. Panduan dalam Menu Besar ini akan dikembangkan oleh tiap PAUD, berdasarkan kebutuhan dan kemampuan masing-masing PAUD.

Selain tidak menggunakan kurikulum baku, PAUD juga ditujukan untuk kalangan ekonomi miskin. Karena biasanya PAUD tidak menarik iuran sekolah atau menarik iuran dengan jumlah yang sangat kecil. Hal ini untuk memenuhi hak pendidikan anak, mendapatkan pendidikan dasar secara cuma-cuma (Pasal 31 Konvensi Hak Anak).


Bentuk-bentuk Paud terdiri dari :
  1. PAUD Formal ; TK, Raudhatul Atfal.
  2. PAUD Non Formal ; Kelompok Bermain (KB), Taman Pendidikan Anak (TPA), Pos Paud ..dll
  3. PAUD Informal ; Keluarga

Konsep Dasar PAUD 

Hakikat Anak Berkaitan dengan Anak Usia Dini
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Ia memiliki karakteristik  yang  khas dan  tidak sama dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya. Dalam hal ini anak merupakan seorang manusia atau individu yang memiliki pola perkembangan dan kebutuhan tertentu yang berbeda dengan orang dewasa. Anak memiliki berbagai macam potensi yang harus dikembangkan. Meskipun pada umumnya anak memiliki pola perkembangan yang sama, tetapi ritme perkembangannya akan berbeda satu sama lainnya karena pada dasarnya anak bersifat individual.
Anak usia dini adalah  sosok individu yang sedang menjalankani proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia  0 – 8 tahun (NAEYC, 1992). Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek seperti: fisik, sosio-emosional, bahasa dan kognitif sedang mengalami masa yang  tercepat dalam  rentang perkembangan hidup manusia (Berk,1992). Anak usia dini terbagi menjadi 4 (empat) tahapan yaitu masa bayi dari usia lahir sampai 12 (dua belas) bulan, masa kanak-kanak/batita dari usia 1 sampai 3 tahun, masa prasekolah dari usia 3 sampai 5 tahun dan masa sekolah dasar dari usia 6 sampai 8 tahun. Setiap tahapan usia yang dilalui anak akan menunjukkan karakteristik yang berbeda. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak  haruslah memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan. Apabila perlakuan yang diberikan tersebut tidak didasarkan pada karakteristik perkembangan anak, maka hanya akan menempatkan anak pada kondisi yang menderita.

Berkaitan dengan anak usia dini, terdapat beberapa masa yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi bagaimana seharusnya seorang pendidik menghadapi anak usia dini, sebagai berikut:
1. Masa Peka
2. Masa Egosentris
3. Masa Meniru
4. Masa Berkelompok
5. Masa Bereksplorasi
6. Masa Pembangkangan

Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sedangkan berdasarkan tinjauan aspek didaktis psikologis tujuan pendidikan di Pendidikan Anak Usia Dini yang utama adalah:
  1. Menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan agar mampu menolong diri sendiri (self help), yaitu mandiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri seperti mampu merawat dan menjaga kondisi fisiknya, mampu mengendalikan emosinya dan mampu membangun hubungan dengan orang lain.
  2. Meletakkan dasar-dasar tentang bagaimana seharusnya belajar (learning how to learn). Hal ini sesuai dengan perkembangan paradigma baru dunia pendidikan melalui empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together yang dalam implementasinya di  lembaga PAUD dilakukan melalui pendekatan learning by playing, belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta menumbuh-kembangkan keterampilan hidup (life skills) sederhana sedini mungkin. 

Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini 

Program kegiatan bermain pada pendidikan anak usia dini memiliki sejumlah fungsi, yaitu: (1) untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya, (2) mengenalkan anak dengan dunia sekitar, (3) mengembangkan sosialisasi anak, (4) mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak dan (5) memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati masa bermainnya.

Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah beberapa fungsi pendidikan anak usia dini, yaitu :
a. Fungsi Adaptasi
Berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri. Dengan anak berada di lembaga pendidikan anak usia dini, pendidik membantu mereka beradaptasi dari lingkungan rumah ke lingkungan sekolah. Anak juga belajar mengenali dirinya sendiri.

b. Fungsi Sosialisasi
Berperan dalam membantu anak agar memiliki keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari dimana ia berada. Di lembaga pendidikan anak usia dini anak akan bertemu dengan teman sebaya lainnya. Mereka dapat bersosialisasi, memiliki banyak teman dan mengenali sifat-sifat temannya.

c. Fungsi Pengembangan
Di Lembaga pendidikan anak usia dini ini diharapkan  dapat pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan potensi tersebut kearah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri maupun lingkungannya.

d. Fungsi Bermain
Berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakikatnya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun pengetahuannya sendiri
.

Prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini  

Untuk memenuhi aspek-aspek dalam perkembangan anak baik aspek fisik, kognitif, sosial emosional dan bahasa serta aspek lainnya seperti agama dan moral, kemandirian dan seni), maka perlu dilakukan berbagai prinsip yang meliputi:

1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
2. Belajar melalui bermain
3. Pendekatan  Berpusat pada Anak
4. Pendekatan Kontruktivisme
5. Pendekatan Kreatif dan inovatif
6.  Lingkungan yang kondusif
7. Menggunakan pembelajaran terpadu
8. Pengembangan Tematik
9. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar
10. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

  

Sumber referensi : 
  • Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, oleh: Dra. Nurbiana Dhieni, M.Psi, Proyek Direktorat Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal Tahun 2009 
  • http://paud.kemdikbud.go.id/article/detail/pendidikan_anak_usia_dini-2
Selengkapnya

MAINAN BAYI (Baby Mobile)

By sulthan on Sabtu, 17 November 2012

Dalam bahasa Inggris, mainan ini disebut Baby Mobile. Baby mobile ini termasuk mainan yang direkomendasikan untuk bayi, karena fungsinya yang bisa membantu melatih visualisasi warna pada bayi. Bayi bisa belajar melihat objek yang ada di atasnya sehingga ia bukan saja merasa gembira, tetapi juga sekaligus belajar visual.

 

Membuat Mainan Bayi (Baby Mobile) dari Bahan Bekas  

silakan baca:

http://graphicalova.blogspot.com/2012/09/tutorial-cara-membuat-mainan-bayi-1.html

Selengkapnya

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)

By sulthan on Sabtu, 10 November 2012


Pada postingan kali ini saya akan mengulas tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT.  Ulasan di bawah ini disadur dari skripsi karya Warid Ardiansyah Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang.

Pembelajaran Kooperatif sangat beragam jenisnya. Salah satunya adalah model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament). Menurut Kurniasari (2006), model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang heterogen, baik dalam hal akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti dari model ini adalah adanya game dan turnamen akademik.
Sebelum memulai game dan turnamen akademik, guru terlebih dahulu menempatkan siswa dalam sebuah tim yang mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari jenis kelamin, ras, maupun etnis. Masing-masing siswa nantinya akan mewakili kelompoknya untuk bersaing dalam meja turnamen.
Setelah kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, guru kemudian menyajikan materi dan selanjutnya siswa bekerja mengerjakan LKS dalam kelompoknya masing-masing. Apabila ada anggota kelompok yang kurang mengerti dengan materi dan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertugas memberikan jawaban seta menjelaskannya sebelum pertanyaan tersebut diajukan kepada guru.
Untuk memastikan apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, maka siswa akan bertanding dalam game dan turnamen ademik. Gamehanya diikuti oleh perwakilan dari masing-masing kelompok, sedangkan turnamen diikuti oleh semua siswa.
Ketika turnamen akademik, siswa akan dipisahkan dengan kelompok asalnya untuk ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Setiap meja turnamen terdiri dari beberapa siswa yang mewakili kelompoknya masing-masing. Penentuan dimana meja turnamen yang akan ditempati oleh siswa dilakukan oleh guru, yaitu dengan melihat homogenitas akademik. Maksudnya, siswa yang berada dalam satu meja turnamen adalah siswa dengan kemampuan akademiknya setara. Hal ini dapat ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh saat pre-test.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan tahapan-tahapan dalam model pembelaran TGT. Menurut Slavin (2001:166-167), langkah-langkah model pembelajaran TGT ada lima tahap, yaitu: tahap presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
2.2.A.   Presentasi di kelas
Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi kelas dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Guru menyampaikan materi kepada siswa terlebih dahulu yang biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung melalui ceramah. Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta memberikan motivasi.
Pada tahap ini, siswa juga dapat diikutsertakan saat penyajian materi. Bahkan agar lebih menarik, penyajian materi bisa disajikan dalam bentuk audiovisual yang dikemas dalam CD interaktif seperti yang dilakukan dalam penelitian ini.
Pada saat penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan serta berusaha untuk memahami materi sebaik mungkin, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok, gamedan saat turnamen akademik. Selain itu, siswa dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan mempresentasikan jawaban di depan kelas.
2.2.B.   Tim/kelompok
Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul berdasarkan kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap tim atau kelompok terdiri dari 3 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dalam kelompoknya siswa berusaha mendalami materi yang telah diberikan guru agar dapat bekerja dengan baik dan optimal saat turnamen.
Guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu mencocokkan jawabannya dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa yang mengajukan pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman sekelompoknya tidak ada yang bisa menjawabnya, maka pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru.
Belajar dalam kelompok sangat bermanfaat, karena dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial memupuk keterampilan kerja sama siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah berbagi tugas dengan anggota kelompoknya, saling bekerja sama, aktif bertanya, menjelaskan dan mengemukakan ide, menanggapi jawaban/pertanyaan dari teman, dan sebagainya.
2.2.C.  Game (permainan)
Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya, tugas siswa selanjutnya adalah melakukan game. Gamedimainkan oleh perwakilan dari tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja tersebut terdapat kartu bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan yang harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak bermain juga berkewajiban mengerjakan soal-soal game beserta teman sekelompoknya.
2.2.D.   Tournament (turnamen)
Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau akhir subbab. Turnamen diikuti oleh semua siswa. Tiap-tiap siswa akan ditempatkan di meja turnamen dengan siswa dari kelompok lain yang kemampuan akademiknya setara. Jadi, dalam satu meja turnamen akan diisi oleh siswa-siswa homogen (kemampuan setara) yang berasal dari kelompok yang berbeda.
Meja turnamen diurutkan dari tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Meja 1 untuk siswa dengan kemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa dengan kemampuan sedang. Meja 3 untuk siswa dengan kemampuan di bawah siswa-siswa di meja 2, dan seterusnya. Di meja turnamen tersebut siswa akan bertanding menjawab soal-soal yang disediakan mewakili kelompoknya.
Soal-soal turnamen harus dirancang sedemikian rupa agar semua siswa dari semua tingkat kemampuan dapat menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Jadi, guru membuat kartu soal yang sulit untuk siswa pintar, dan kartu dengan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. 
Siswa yang mendapat skor tertinggi akan naik ke meja yang setingkat lebih tinggi. Siswa yang mendapatkan peringkat kedua bertahan pada meja yang sama, sedangkan siswa dengan peringkat-peringkat di bawahnya akan turun ke meja yang yang tingkatannya lebih rendah. 


Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai dengan memperhatikan aturan-aturannya. Aturan-aturan turnamen TGT yaitu:
(1)     cara memulai permainan
Untuk memulai permainan, terlebih dahulu ditentukan pembaca pertama. Cara menentukan siswa yang menjadi pembaca pertama adalah dengan menarik kartu bernomor. Siswa yang menarik nomor tertinggi adalah pembaca pertama.
(2)     Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan.
Setelah pembaca pertama ditentukan, pembaca pertama kemudian mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Pembaca pertama lalu membacakan soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu. Setelah itu, semua siswa harus mengerjakan soal tersebut agar mereka siap ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawabannya, maka penantang I (siswa yang berada di sebelah kirinya) berhak untuk menantang jawaban pembaca atau melewatinya.
(3)     Tantang atau lewati
Apabila penantang I berniat menantang jawaban pembaca, maka penantang I memberikan jawaban yang berbeda dengan jawaban pembaca. Jika penantang I  melewatinya, penantang II boleh menantang atau melewatinya pula. Begitu seterusnya sampai semua penantang menentukan akan menantang atau melewati.
Apabila semua penentang sudah menantang atau melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban dan mencocokkannya dengan jawaban pembaca serta penantang. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika jawaban pembaca salah maka tidak dikenakan sanksi, tetapi bila jawaban penantang salah maka penantang mendapatkan sanksi. Sanksi tersebut adalah dengan mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya (jika ada).
(4)     Memulai putaran selanjutnya
Untuk memulai putaran selanjutnya, semua posisi bergeser satu posisi kekiri. Siswa yang tadinya menjadi penantang I berganti posisi menjadi pembaca, penantang II menjadi penantang I, dan pembaca menjadi penantang yang terakhir. Setelah itu, turnamen berlanjut sampai kartu habis atau sampai waktu yang ditentukan guru.
(5)     Perhitungan poin
Apabila turnamen telah berakhir, siswa mencatat nomor yang telah meraka menangkan pada lembar skor permainan. Pemberian poin turnamen selanjutnya dilakukan oleh guru.

Selanjutnya, poin-poin tersebut dipindahkan ke lembar rangkuman tim untuk dihitung rerata skor kelompoknya. Untuk menghitung rerata skor kelompok adalah dengan menambahkan skor seluruh anggota tim kemudian dibagi dengan jumlah anggota tim yang bersangkutan.
2.2E.    Rekognisi tim (penghargaan tim)
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rerata skor kelompok. Penghargaan kelompok diberikan sesuai kriteria berikut.
Kriteria (rata-rata tim)
Penghargaan
40
45
50
Tim baik
Tim sangat baik
Tim super
Selengkapnya

Manfaat Minyak Zaitun Untuk Kesehatan dan Kecantikan

By sulthan on Senin, 05 November 2012


Minyak zaitun atau Olive oil adalah minyak yang diperoleh dari buah zaitun (Olea europaea). Minyak zaitun memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan dan kecantikan karena minyak zaitun mengandung lemak tak jenuh yang tinggi (oleik dan polifenol).

Manfaat minyak zaitun untuk kecantikan

1.  Penyubur rambut
     Untuk mendapatkan rambut yang hitam dan lebat, campurkan minyak zaitun pada shampoo yang anda pakai kemudian bilas sampai bersih

2.  Melembabkan dan mencerahkan wajah
     Untuk membuat wajah lebih lembab dan terlihat lebih cerah usapkanlah minyak zaitun pada wajah kecuali daerah di sekitar mata. Diamkan setidak-tidaknya 15 menit kemudian cuci dengan air bersih. Atau oleskan minyak zaitun menjelang tidur dan basuh wajah dengan air bersih di pagi harinya. Agar mendapatkan hasil yang maksimal, lakukan perawatan ini secara rutin.

3.   Perawatan kaki
      Pada malam hari menjelang tidur, oleskanlah minyak zaitun ke bagian kaki yang pecah-pecah. Lalu bungkus dengan kaos kaki dan bersihkan kaki yang telah diolesi minyak zaitun pada pagi harinya.

4.   Menurunkan resiko penyakit jantung
      Untuk menurunkan resiko penyakit jantung, minumlah minyak zaitun dua sendok makann setiap hari.

5.    Mencegah diabetes
       Minyak zaitun mengandung lemak tak jenuh sehingga bermanfaat untuk menurunkan kadar gula dalam darah

6.   Menghilangkan rasa nyeri
      Minyak zaitun dapat digunakan untuk obat luka atau lecet, dan gangguan lain yang menyebabkan nyeri dan pembengkakan 
Selengkapnya

MUSIK UNTUK MENCERDASKAN ANAK

By sulthan on Minggu, 04 November 2012



Musik membuat hidup ini serasa indah dan berwarna. Musik juga dapat mengoptimalkan kecerdasan dan kemapuan otak. Pada abad 19 seorang pemikir penulis di Inggris pernah berkata “Musik itu adalah nyanyian para malaikat”. Tidak bisa dipungkiri, musik memang memiliki kekuatan luar biasa yang juga berdampak besar bagi kejiwaan manusia. Hal ini berlaku juga bagi bayi dan anak kita. 



Musik dan Bermain
Ahli saraf dari Harvard University, Mark Tramo, M.D. mengatakan, “Dalam otak kita, jutaan neuron dari sirkuit secara unik menjadi aktif ketika kita mendengar musik. Neuron-neuron ini menyebar ke berbagai daerah di otak, termasuk pusat auditori di belahan kiri dan belahan kanan”. Rupanya mulai dari sinilah kaitan antara musik dan kecerdasan terjadi. Tapi, ini bukan berarti anda harus memiliki grand piano di rumah. Anda juga tidak wajib mendominasi rumah dengan berlebihan. Yang penting, biasakanlah musik menghiasi ruang di sekitar anak-anak. Putarkan lagu di radio. Bernyanyilah bersama. Kalu perlu, ekspresikan bakat penyanyi terkenal bersama si kecil.
Melalui kegiatan bermain, anak memperoleh manfaat dari musik. Dr. Dee Joy Coulter, seorang pendidik Neuroscience dan penulis buku Early Childhood Connections : The Journal of Music and Moment-Based Learning, mengklasifikasikan lagu-lagu, gerakan dan permainan anak sebagai latihan untuk otak yang brilian. Mengenalkan anak pada pola bicara, keterampilan-keterampilan sensory motor, dan strategi gerakan yang penting. Melalui permainan yang mengandung musik, tak hanya perkembangan bahasa dan kosa kata saja yang meningkat, tapi juga berita dan keterampilan beriramanya. Logika membuat anak nantinya mampu mengorganisasi ide dan mampu memecahkan masalah. Pendidikan prasekolah pun menggunakan musik sebagai bagian dari proses pendidikan, dikarenakan berbagai manfaat yang didapat dari musik.

Musik dan Matematika
Banyak penelitian membuktikan, janin menunjukkan reaksi tertentu jika diperdengarkan musik. Ibu yang sedang hamil merasakan gerakan janin yang semakin cepat atau justru lebih santai. Sementara itu, banyak juga yang berpendapat musik klasik yang diperdengarkan ibu hamil, dan juga janinnya, dapat membuat kecerdasan pada anak lebih tinggi.
Psikolog Fran Rauscher dan Gordon Shaw dari University of California-Irvine, Amerika Serikat pada tahun 1994 melakukan penelitian yang membuktikan bahwa erat kaitan antara kemahiran bermusik dengan penguasaan level matematika yang tinggi, dan keterampilan-keterampilan sains. Setelah delapan bulan, penelitian kedua pakar ini menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan program pendidikan musik, meningkat inteligensi spasialnya (kecerdasan ruang) sebesar 46% dibandingkan dengan anak-anak yang tidak diekspos oleh musik.


Manfaat Musik Bagi si Kecil diantaranya adalah:
  • Mengoptimalkan perkembangan otak.
  • Meningkatkan multiple intelligences.
  • Memfasilitasi emotional bonding (ikatan emosional) orang tua dan anak.
  • Membangun keterampilan sosial dan emosional anak.
  • Meningkatkan perhatian terhadap tugas-tugas dan kemampuan bicara.
  • Mengembangkan kontrol impulsif dan perkembangan motorik.
  • Menjembatani kreativitas dan kesenangan.

Apresiasi Musik Sesuai Usia Anak:
Usia 0-1 tahun
Pada usia sembilan bulan, bayi biasanya mulai bergerak maju-mundur merespons alunan musik yang didengarnya, melambai-lambaikan tangan mengikuti irama. Di usia 1 tahun, anak yang intensif diperdengarkan lagu semakin terampil merespons rangkaian bunyi irama.

Usia 2 tahun
Biasanya anak dapat mengikuti lagu dengan senandung yang nadanya belum pas benar. Gerak tubuh lebih terarah dan kesukaannya bergoyang semakin meningkat.

Usia 3 tahun
Si kecil yang mulai suka menentang berbagai aturan mulai menyukai kegiatan eksperimental dalam apresiasi musik. Selain mengikuti musik dengan gerak tubuh, ia juga suka mengetuk-ngetuk, memukul-mukul, atau menggesekan benda mengikuti irama. Bila dibiasakan mendengarkan musik, anak bahkan bisa lebih kreatif dengan menciptakan lagu-lagu yang kata-katanya dibuat oleh mereka sendiri.

Usia 4-5 tahun
Sejalan dengan perkembangan emosi yang lebih matang, tempo dan suara yang dihasilkan dalam bernyanyi, atau mengetuk-ngetuk alat musik sudah lebih pas. Ketertarikan untuk menguasai sebuah alat musik semakin besar dan serius. Rentang perhatian yang semakin panjang, memungkinkannya memainkan sebuah lagu hingga tuntas.

Diambil dari Berbagai Sumber
Selengkapnya

APE ALAT PERMAINAN EDUKATIF UNTUK ANAK

By sulthan on Kamis, 01 November 2012

Alat Permainan edukatif bagi anak adalah alat main yang dapat menstimulasi pancaindra dan kecerdasan anak, yang meliputi indra penglihatan penciuman, pengecapan, perabaan dan pendengaran. Ape sangat variatif dan tidak harus yang mahal. Kita bisa membuat sendiri dengan  memanfaatkan benda-benda yang ada disekitar kita. Misalnya kotak-kotak bekas, botol-botol plastik yang disusun, atau bahan dari kertas, karet, buah dan tanaman. Kegiatan bermain air dan pasir juga bisa dimanfaatkan sebagai permainan edukatif caranya biarkan sikecil memasukan air dan pasir ke dalam wadah tertentu dengan menggunakan mangkuk atau gayung. Semua itu akan melatih hampir semua kemampuan dasar anak yang dapat menyentuh bagian kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan untuk anak usia dini yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, yang dapat disesuaikan penggunaannya menurut usianya dan tingkat perkembangan anak yang bersangkutan. Ape yang pakai dalam membantu proses perkembangan untuk anak ini berguna untuk :
  1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.
  2. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
  3. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
  4. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
  5. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat.
  6. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll.

Ada beberapa Ape atau Alat Permainan Edukatif yang dapat digunakan untuk menumbuh kembangkan kemampuan anak usia dini seperti:
  1. Ape yang dikembangkan oleh para ahli dan diproduksi secara komersil oleh pabrik
  2. Ape yang dikembangkan oleh lembaga atau pendidik yang diproduksi untuk kalangan sendiri
  3. Ape yang dikembangkan oleh orang tua dirumah
  4. Ape Alternatif dari bahan-bahan Alam atau barang bekas yang aman dan layak sebagai media bermain dan belajar anak.
  5. Ape spontanitas, imvrovisasi kreatif yang dikembangkan anak secara trial and error dalam kegiatan bemainnya di lapangan. (Akhmad Solihin, 2012).
 Berdasarkan beberapa pendapat maka ada beberapa pengertian APE yaitu  : 

Segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak.

APE dapat berupa apa saja yang ada di sekeliling kita, misalnya sapu, piring, gelas, sendok plastik,tutup panci, bangku kecil, dan lain-lain. Bahkan diri kita sendiri dapat menjadi alat permainan edukatif. Misalnya kita bisa menirukan berbagai gerakan binatang dengan tanpa bantuan alat apapun. Kita juga dapat menghitung, menjiplak, mengecap dg tangan dan jemari kita, dll.

APE dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang sudah tidak terpakai lagi atau bahan-bahan yang mudah di dapat sekitar kita baik benda hidup maupun mati.

Manfaat APE
Alat Permainan Edukatif sangat membantu pertumbuhan fisik dan seluruh aspek perkembangan (moral & Agama, bahasa, kognitif, fisik dan Sosial-Emosional). Alat permainan Edukatif dapat mendorong aktifitas bermain berkualitas dan munculnya bakat yang dimiliki anak.



Kriteria Pemilihan APE yang tepat buat anak

 
Pendidik harus memiliki pengetahuan untuk memilih APE yang tepat buat anak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak, oleh karena itu pendidik harus mengetahui kriteria memilih APE, antara lain:

  1. Mengandung unsur pendidikan.
  2. Alat permainan tidak berbahaya bagi anak.
  3. Dasar pemilihan APE adalah minat dan kebutuhan anak terhadap mainan tersebut.
  4. Alat permainan sebaiknya beraneka macam, sehingga anak dapat bereksplorasi dengan berbagai macam alat permainannya.
  5. Tingkat kesulitan sebaiknya disesuaikan pada rentang usia anak. Permainan tidak terlalu sulit dan juga tidak terlalu mudah bagi anak.
  6. Dasar pemilihan alat permainan lebih ditekankan pada pertumbuhan fisik dan tingkat perkembangan anak secara individu bukan berdasarkan usia. Perkembangan biologis dan fisik pada anak yang umurnya sama dapat saja berbeda
  7. Peralatan permainan buatan sendiri diupayakan yang dapat bertahan lama atau awet, mudah dibuat, bahannya mudah diperoleh dan mudah digunakan anak.

APE Outdoor dari bahan alam yang berasal dari bahan alam; biasanya dipakai di luar ruangan untuk melatih ketrampilan fisik dan pengembangan aspek lainnya. Bahan alam yang digunakan adalah bahan-bahan yang murah dan mudah diperoleh, aman, nyaman dan sehat digunakan oleh anak untuk beraktifitas. 



Berikut beberapa contoh dan jenis-jenis APE sesuai dengan tahapan perkembangan dan tingkat kelompok usia anak yaitu :


Contoh APE untuk Kelompok 0-2 tahun


1. Mainan gantung berwarna terang, berbunyi, berbahan lembut/lunak
2. Kerincingan berwarna terang, aman bila dimasukkan mulut bayi atau dibanting
3. Boneka jari/tangan (orang, binatang) berbahan lunak dan berwarna terang
4. Boneka piring wajah yang tersenyum/tertawa
5. Cermin dari plastik dengan bingkai tumpul
6. Kaos tangan dengan berbagai tekstur yang ujungnya terdapat boneka wajah (bahan velcro, satin, sutera)
7. Bola kecil dan sedang dengan berbagai tekstur, warna, dan ukuran untuk diremas, dilempar, atau ditendang
8. Boneka kain dan plastik untuk bermain peran
9. Telepon-teleponan untuk bermain peran
10. Mobil-mobilan yang dapat ditarik dan berbunyi
11. Balok warna dari bahan lunak seperti busa padat/kayu, bersudut tumpul, dan setiap sisi bergambar
12. Balok pasak besar dari kayu atau plastik
13. Kotak berlubang dan berisi bentuk-bentuk geometri yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan (sorting box)
14. Menara gelang berwarna terang dari kayu atau plastik
15. Buku-buku cerita berbahan lunak dari kain flanel atau plastik yang tidak mudah robek dengan sedikit huruf
16. Pasak pukul (working bench) dengan palu kayu untuk dipukul-pukul memasukkan pasak
17. Lego besar, berwana terang
18. Alat-alat musik pukul
19. Karpet/tikar untuk alas duduk orangtua dan anak-anak.



Contoh APE untuk Kelompok 2-3 tahun

1. Puzzle dengan jumlah 1 keping yang ada pegangan untuk ditarik dan dipasang
2. Balok warna dari bahan lunak seperti busa padat/kayu, bersudut tumpul, bergambar huruf atau angka
3. Boneka anak dan binatang berbahan lunak
4. Buku-buku cerita sederhana untuk dibacakan dan buku-buku cerita bergambar tanpa kata-kata untuk berimajinasi
5. Balok pasak besar dari kayu atau plastic
6. Kotak sortir (sorting box) berlubang dan berisi bentuk-bentuk geometri untuk dikeluar-masukkan
7. Menara gelang berwarna terang dari kayu atau plastik
8. Botol plastik dan tutupnya untuk main buka tutup botol
9. Lego besar, berwana terang
10. Alat-alat musik pukul dan petik
11. Krayon, spidol, marker ukuran besar
12. Pasak pukul (working bench) dengan palu kayu untuk dipukul-pukul memasukkan pasak
13. Guting-gunting kecil, kertas, dan lem untuk bermain meremas, menggunting, dan menempel bebas
14. Benda-benda kecil (batu-batuan dicat, buah-buahan plastik/kayu gantungan kunci), jepitan kue dan wadah untuk main jepit-jepit dan klasifikasi
15. Berbagai mainan miniatur binatang plastik untuk main peran
16. Peralatan main tamu-tamuan (meja dan kursi mini, boneka kain bentuk ayah-ibu, kakek-nenek, kakak, dan tamu
17. Biji manik-manik kayu/plastik untuk meronce dengan 3 warna, 3 bentuk, dan 3 ukuran
18. Tikar/karpet untuk alas duduk.



Contoh APE untuk Kelompok 3-4 tahun

1. Puzzle dengan jumlah keping kurang dari 6
2. Biji manik-manik kayu/plastik untuk meronce dengan 3 warna, 3 bentuk, dan 3 ukuran
3. Buku-buku cerita
4. Lego
5. Alat-alat musik pukul, tekan, dan petik
6. Krayon, spidol, marker
7. Pasak pukul (working bench) dengan palu kayu untuk dipukul-pukul memasukkan pasak
8. Guting-gunting kecil, kertas/daun, dan lem untuk bermain meremas, menggunting, dan menempel bebas dan terpola
9. Benda-benda kecil (batu-batuan dicat, buah-buahan plastik/kayu gantungan kunci), jepitan kue dan wadah untuk main jepit-jepit dan klasifikasi
10. Papan jahit dengan berbagai bentuk (celana, baju, topi) untuk bermain menjahit
11. Spons huruf/angka
12. Balok unit sebanyak 200 keping dan asesorinya
13. Panggung boneka dengan berbagai boneka untuk dimainkan
14. Krayon, spidol, pensil warna
15. Alat-alat main peran (masak-masakan, pakaian dan asesoris berbagai profesi)
16. Krayon, spidol, pensil warna
17. Meja kecil lipat untuk alas coret-coret, menulis, menggambar, menggunting, menempel
18. Karpet/Tikar untuk alas duduk.



Contoh APE untuk Kelompok 4-6 tahun


1. Kontainer/toples plastik untuk menyimpan huruf-huruf dan angka
2. Jepitan jemuran, karton bentuk geometri (tatakan kue) dengan angka dan bulatan untuk main jepitan (matematika)
3. Guting-gunting kecil, kater, kertas, dan lem untuk main menggunting dan menempel dengan pola
4. Benda-benda kecil untuk klasifikasi (batu-batuan dicat, buah-buahan/gantungan kunci dari kayu) dan jepitan kue
5. Stik es krim, batang korek api untuk main matematika
6. Papan jahit dengan berbagai bentuk (celana, baju, topi) untuk bermain menjahit
7. Benda-benda kecil bentuk geometri, berwarna terang untuk meronce
8. Tangrams
9. Lego
10. Puzzle dengan kepingan lebih dari 10
11. Balok unit sebanyak 200 keping dan asesorinya
12. Berbagai alat permainan keaksaraan
13. Alat main dokter-dokteran
14. Alat main pertukangan
15. Keranjang, kasir, buah, sayur plastik untuk bermain peran
16. Kertas origami, gunting, cutter, lem
17. Krayon, spidol, pensil warna
18. Meja kecil lipat untuk alat menulis
19. Karpet/Tikar untuk alas duduk.



Contoh APE untuk main bahan alam anak usia 2-6 tahun

1.Ember/container plastik besar berwarna bening untuk tempat air dan pasir
2. Gelas-gelas, botol-botol, corong, pompa plastik untuk bermain air
3. Mainan binatang air untuk main peran (ikan-ikanan, katak-katakan, dll)
4. Nampan lebar bening untuk bermain ublek
5. Kocokan telur, untuk bermain kocok-kocok sabun
6. Alat-alat untuk bermain playdough (gilingan, cetakan, pisau tumpul, dsb)
7. Cetakan-cetakan dan sekop kecil untuk alat main pasir
8. Jongkokan plastik untuk duduk saat main bahan alam
9. Alat-alat untuk bermain playdough (gilingan, cetakan, pisau tumpul, dsb)
10. Meja pendek dan kursi plastik untuk bermain playdough
11. Papan cuci plastik untuk main peran mencuci baju
12. Papan lukis dan kuas ukuran besar untuk melukis dengan cat air (bisa dibuat sendiri)
13. Boneka, handuk kecil, sabun mandi, dan peralatan mandi bayi untuk peran memandikan bayi
14. Baju boneka, peralatan mencuci baju, dan jemuran pendek untuk main peran mencuci dan menjemur
15. Sikat besar untuk main menyikat lantai atau dinding
16. Kuas besar untuk bermain mengecat dinding dengan air
17. Wadah-wadah besar berwarna bening untuk menuang-mengisi air
18. Peralatan masak-masakan untuk main peran
19. Piring, gelas, dan sendok plastik dengan berbagai warna serta spons/sabut dan rak piring kecil untuk bermain peran cuci piring (melatih sensorimotor dan klasifikasi).


Demikian tentang APE atau alat permainan edukatif untuk anak yang sangat bermanfaat dalam membantu perkembangan dan pertumbuhan anak...semoga bermanfaat..terima kasih.
    Sumber: Disarikan dari berbagai sumber !!
        Selengkapnya