TEORI PERKEMBANGAN ANAK

By sulthan on Sabtu, 03 Juli 2010

Bagan proses Pertumbuhan dan perkembangan anak
Teori Perkembangan anak Menurut Teori :

TEORI KONSTRUKTIF
(Piaget dan Vygotsky)

Piaget dengan teori Kognitif nya menyatakan bahwa :
Anak memeproleh pengetahuan melalui interkasi dengan lingkungannya.
Konsep berpikir anak adalah : Asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium

Asimilasi :
Mencocokan informasi ke dalam skema (kategori) yang sudah ada. Contohnya: Jika seorang anak sudah tahu tentang seekor kucing, kemudian ditunjukan contoh kucing yang lain, maka kucing yang berikutnya akan dicocokan dengan kucing yang sudah ada.

Akomodasi :
Menciptakan skema (kategori) baru karena tidak sesuai dengan skema yang sudah ada.
Contohnya: jika seorang anak sudah tahu tentang seekor kucing, kemudian ditunjukan contoh harimau yang belum pernah dilihatnya, maka anak akan berfikir bahwa binatang yang berikutnya bukan kucing. Ibunya akan berkata "Nak, itu bukan kucing, tetapi harimau, lihatlah bedanya badanya lebih besar, suaranya juga berbeda".

Melalui akomodasi dan asimilasi terus menerus maka anak akhirnyamencapai struktur mental yang dapat menggambarkan bermacam-macam benda atau informasi.

Ekuilibrium :
Keseimbangan yang diperoleh saat informasi atau pengalaman dicocokan dengan sebuah skema atau skema baru yang diciptakan.
DisEkuilibrium
terhadap anak juga terjadi disekuilibrium yaitu keadaan mentaal saat terjadi ketidak seimbangan antara asimilasi dan akomodasi.
Ekuilibrasi
Karena itu harus terjadi ekuilibrasi yaitu proses perpindahan dari disekuilibrium ke ekuilibrasi. ekuilibrasi membuat anak menggunakan akomodasi dan asimilasi sebagai alat untuk mencapai ekuilibrium.


Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

1. Sensori-Motorik usia 0 - 2 tahun
Pada Usia ini pembentukan skemata melalui kegiatan motorik menarik dirinya ke dunia luar obyek permanen, disebut sensorimotor karena pembelajaran anak hanya melibatkan panca indra. Pada permulaan tahap ini, bayi memiliki lebih dari refleks yang digunakan untuk bekerja. anak berusia 2 tahun memiliki pola sensori-motorik yang kompleks dan mulai berkomunikasi dengan suatu simbol yang primitif.
Terdapat enam subtahap perkembangan sensori-motorik, yaitu :
  • Reflek sederhana;
  • kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer;
  • reaksi sirkuler sekunder;
  • koordinasi reaksi sirkuler sekunder;
  • reaksi sirkuler tersier, pencarian, dan keingintahuan, dan
  • internalisasi skema.

2. Pra Operasional Usia 2 - 7 tahun
Tahap pra-operasional merupakan tahap awal pembentukan konsep secara stabil. Penalaran mental mulai muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian lemah, serta keyakinan terhadap hal yang magis terbentuk. Piaget membagi tahapan praoperasional ini menjadi 2 bagian, yaitu subtahap Fungsi Simbolis (2 sampai 4 tahun) dan subtahap Pemikiran Intuitif (5 sampai 7 tahun).
Pada usia ini anak mampu merepresentasi mental (simbolik) Viguratif-hubungan searah, klasifikasi awal, dan perkembangan bahasa.
Dalam tahap ini terdapat pembagian 2 subtahap yaitu :
a. Subtahap Fungsi Simbolis Usia 2-4 Tahun
  • Pada subtahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada.
  • Anak-anak kecil menggunakan desain corat-coret untuk menggambarkan manusia, rumah, mobil, awan, dan lain-lain. Namun demikian, gambar-gambar yang dibuat biasanya penuh khayal dan daya cipta.
  • Pada subtahap ini berkembang pula egosentrisme, yaitu suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif orang lain. 
  • Selain egosentrisme, pada subtahap ini berkembang animisme. Animisme merupakan pemikiran yang berkeyakinan bahwa objek yang tidak bergerak memiliki kualitas ”semacam kehidupan” dan dapat bertindak. Apabila anak terbentur pintu, maka dia katakan ”Pintunya nakal”.
b. Subtahap Pemikiran Intuitif Usia 4-7 Tahun
  • Pada subtahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan.
  • Pada tahap ini juga anak mengalami kesulitan untuk mengklasifikasikan objek berdasarkan banyak kesamaan.
  • Pada subtahap ini berkembang pemikiran tentang ketidakmampuan dalam memahami hukum kekekalan (conservasion). Dari percobaan Piaget tentang air yang dituangkan di dalam gelas menunjukkan bahwa anak pada masa praoperasional masih terkecoh dengan bentuk dan tingginya air pada suatu gelas.

3. Operasional Konkret Usia 7 - 11 tahun
Keterampilan klasifikasi, konsep abstrak tapi masih konkrit, konsep konservasi. Pada tahap ini anak mencapai kemampuan untuk berpikir sistematik terhadap hal-hal atau objek-objek yang konkret. Anak juga mencapai kemampuan mengkonservasikan 

4. Operasional Formal Usia 11 - 15/dewasa Tahun
Dalam tahap ini perkembangan pada usia ini anak sudah mampu untuk :
- Berfikir simbolik, ide abstrak
- Memahami arti secara komprehensif
- Analisa sebab-akibat


TEORI SOSIOKULTURAL

Tahap-tahap Perkembangan Sosiokultural Menurut Vygotsky

Lev Vygotsky (1896 – 1934), ahli psikologi Rusia mengungkapkan Perkembangan yang terjadi merupakan hasil interaksi sosial yang dialami anak dalam budaya yang unik serta latar belakang keluarga. Anak berkembang dalam dua jalan yaitu natural/ alami (biologis) dan budaya. Bahasa memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif. Proses mental yang tertinggi berkembang pada saat anak mengembangkan kemampuan bicara mereka dalam konteks latihan bicara.
Terdapat dua tingkat perkembangan yang terjadi pada anak yaitu :
  1. Tingkat pertama operasi ; tingkat dimana anak dapat melakukan tugas pemecahan masalah secara mandiri – merupakan tingkat perkembangan aktual.
  2. Tingkat ke dua adalah ketika anak dapat melakukan tugas yang sama dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebayanya yang lebih terampil – merupakan tingkat perkembangan potensial.
Jarak antara kedua tingkat ini disebut the zone of proximal development. Inti dari belajar adalah menciptakan zone of proximal development, yaitu belajar membangun berbagai proses perkembangan internal yang hanya dapat dioperasikan bila anak berinteraksi dengan orang lain di dalam lingkungannya dan dalam kerjasama dengan teman sebayanya.


TEORI PSIKOSOSIAL 
 
Tahap-tahap Perkembangan Psikososial  (Erik Erikson)

Perkembangan psikososial berjalan melalui serangkaian tahapan, setiap tahapan terdiri dari tugas-tugas perkembangan khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis akan semakin sehat perkembangannya.Perkembangan psikososial berjalan melalui serangkaian tahapan, setiap tahapan terdiri dari tugas-tugas perkembangan khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis akan semakin sehat perkembangannya.

Dalam tahap perkembangan teori Psikososial Erik Erikson terbagi menjadi 4 tahapan yaitu :

1. Tahap Percaya vs Tidak Percaya (0-1tahun)
Kepercayaan anak berdasar pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis Kepercayaan dibangun jika ada pengasuh yang responsif
Contoh : Memeluk anak ketika menangis, Memberi makan, dll
Penting untuk landasan hubungan sosial anak selanjutnya. Jika tidak ada perhatian dari si pengasuh maka anak akan sulit percaya dengan orang lain.

2. Otonomi vs Malu dan Ragu (1-3 tahun)
Anak punya banyak kemampuan baru dan lebih mandiri. Contoh : makan sendiri, berjalan, dll.
Senang mencoba dan eksplorasi, namun belum terarah.  Contoh : memegang semua barang di sekitarnya.
Jika tidak ada kesempatan dari pengasuh anak akan merasa bingung dan ragu dengan kemampuannya.

3. Inisiatif vs Perasaan Bersalah (3-6 tahun)
Anak suka mencoba hal baru dan meniru pekerjaan orang dewasa Punya keinginan sendiri untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman.  Contoh : membantu ibu memasak di dapur. Jika ada larangan bahkan dimarahi maka akan terjadi anak merasa bersalah dan cenderung membatasi diri.

4. Produktif vs Rendah Diri (7-11 tahun)
Anak mengembangkan keyakinan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Anak bekerja keras untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberi. Jika gagal dan disalahkan oleh sekitar maka anak akan merasa rendah diri.


FASE PERKEMBANGAN ANAK
(Menurut Syariat Islam)

1. Bayi; Semenjak lahir - 2 tahun
Pada Pada masa ini orang tua perlu mengembangkan kasih sayang dua arah.

2. Anak-anak (Thufulah); Usia 2 - 7 tahun
Masa untuk memberikan dasar-dasar tauhid pada anak yang mendorongnya untuk bergerak melakukan sesuatu yang baik manurut Allah SWT.

3. Tamyiz; Usia 7 - 10 tahun
Masa awal anak dalam membedakan baik dan buruk melalui penalarannya. Pada masa ini anak perlu mendapatkan pendidikan pokok syariat.

4. Amrad Usia 10 - 15 tahun
Pada masa ini anak memerlukan pengembangan potensinya. Pada masa ini juga anak mencapai 'aqil baligh (akalnya sampai).

5. Taklif Usia 15 - 18 tahun
Pada usia ini anak harus tertanam rasa tanggung jawab. Baik pada diri, orang tua, ataupun lingkungannya.

Sumber : Disarikan dari berbagai sumber !!
Selengkapnya

MENGENAL PRIODE EMAS ANAK USIA DINI

By sulthan

Anak Paud, Golden Ages, masa-masa
Periode emas pada masa usia dini (golden ages) merupakan bagian awal perkembangan yang sangat berharga dalam kehidupan manusia. Dimana seiring dengan bertambahnya usia perkembangan, manusia menuju kearah kemampuan yang lebih meningkat dan sempurna. Dan ini merupakan suatu kelebihan yang membedakan manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh sang Pencipta dengan makhluk lainnya, hal tersebut dapat terjadi karena adanya suatu alat atau organ dalam tubuh manusia yang mempunyai kemampuan yang unik disebut otak.


Pada proses tumbuh sesuai dengan usia anak, informasi yang masuk ke otak di terima oleh berbagai macam panca indera kemudian di rekam dan disimpan sebagai ingatan. Banyaknya informasi yang diterima otak secara sadar atau tanpa disadari. Lingkungan secara tidak langsung merupakan stimulasi pada berbagai pusat di otak yang akan memacu perkembangan fungsi otak itu sendiri dan berpengaruh terhadap perkembangan fisik dan mental anak. Selain rangsang yang adequat dan terstruktur, otak dalam perkembangannya juga membutuhkan asupan gizi yang cukup agar struktur-struktur fisik otak dapat berkembang sesuai dan berfungsi secara optimal.

 
OTAK SEBAGAI MODALITAS DASAR PROSES TUMBUH KEMBANG

Pertumbuhan anak terjadi sesuai dengan pertambahan usia. Berat otak akan bertambah sejak lahir dari 300 gram dan mencapai ukuran maksimum saat dewasa. Bertambqah beratnya otak diakibatkan oleh bertambahnya juluran saraf yang berhubungan, bertambahnya sel-sel lemak di otak, dan bertambahnya jaringan antar sel saraf atau Neuroglia yang akan meningkatkan akselerasi proses berfikir menjadi lebih cepat, (Thomson, Berger, Berry, 1980 dalam Clark 1986).

Pada proses tumbuh kembang, bertambahnya informasi yang diterima otak melalui panca indera dalam lingkungan sekitar tidak terstruktur maupun terstruktur akan direkam otak sebagai ingatan awal yang merupakan modal awal bagi anak pada tahapan pertumbuhan saat itu untuk menjelajah dunia sekitarnya (eksplorasi kemampuannya) dan selanjutnya hasil perekaman informasi tersebut akan membentuk hubungan-hubungan baru antar sel saraf.

Semakin banyak hubungan antar sel saraf itu terbentuk, semakin banyak kemampuan fungsional/kemampuan anak yang dapat diamati pada tahap pertumbuihan usia anak, seiring dengan terpenuhinya pertumbuhan fisik struktural otak dengan adanya asupan gizi yang cukup.


PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK DINI USIA

Selama masa pertumbuhan anak dari sejak lahir, perkembangan minat dan permainan anak terkait dengan perkembangan kemampuannya. Namun, setelah koordinasi dasar kaki, tangan dan bagian badan yang terkait sudah mantap pertumbuhannya demikian pula dengan kemampuan bahasanya, maka anak sudah mulai mampu mengeksplorasi lebih jauh dengan merancang berbagai alternatif perilaku lain, semakin bertambah usia penyaluran pilihan melatih kemampuannya untuk mengeksplorasi lingkungan juga di pengaruhi oleh kesempatan dan peluang yang diperolehnya dari lingkungan yang merupakan hasil dari pengalamannya. Oleh karena itu berbagai pola permainan sebaiknya dapat dirancang secara terstruktur agar anak dapat mencapai kemampuan yang optimal berdasarkan pengalaman belajarnya (Chilhood Education).

Peristiwa ketika bayi mencoba, terjadi suatu proses yang disebut ’peristiwa’. Seorang bayi yang baru saja berhasil berdiri untuk pertama kalinya, secara otomatis akan berpegangan pada sesuatu dalam usahanya untuk dapat tetap berdiri dan dia telah menarik seluruh taplak meja, menjatuhkan alat makan, menumpahkan isi gelas serta memecahkan gelas , yang disebut sebagai peristiwa dan sebuah kenyataan fisik yang terjadi dari sebuah percobaan. Setiap percobaan bisa memunculkan berpuluh-puluh peristiwa yang berbeda. Disini juga tampak bahwa kemampuannya berdiri diawali dengan satu proses tercapainya kemampuan protective diri yang di tandai dengan adanya kemampuan dari kedua tangannya yang muncul sebagai kemampuan yang mendukung kemampuannya berdiri (berpegangan tangan untuk mempertahankan diri dan akan menahan tubuhnya bila ia terjatuh).

Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan kegiatan yang di sebut stimulasi terstruktur dan bertahap, yang disebut kegiatan stimulasi. Pembelajaran pada proses awal dilakukan melalui proses mencoba (to try). Mencoba segala sesuatu sebelum dipahami semuanya. Contohnya : dalam proses belajar berjalan, bayi akan melalui puluhan atau ratusan kali percobaan atau eksperimen sampai akhirnya ia bisa berjalan. Tanpa adanya percobaan dan resiko yang menyertainya, tidak akan ada pembelajaran yang pernah terjadi.

Sebagai akibat adanya percobaan dan peristiwa, akan terjadi respon atau umpan balik dalam bentuk kesiapan panca indra, seperti : pelihatan, pendengaran, rasa/penghidu yang memberikan rangsangan berkembangnya panca indra utama termasuk kulit dan kemampuan gerak (motoriknya). Setelah menerima umpan balik, otak bayi akan berkembang dengan pesat mencatatkan atau menyimpan berjuta-juta data baru yang diterimanya yang akan menjadi alat untuk menjelajahi dunia selanjutnya, bayi akan menyesuaikan perilakunya pada satu hal dengan tujuan dan pengalaman yang telah di dapati.

Kesiapan bayi untuk melakukan proses pembelajaran tersebut diatas, dapat di persiapkan melalui kegiatan stimulasi aktif yang dilakukan untuk mempersiapkan dan meningkatkan panca indra agar dapat menerima rangsangan dari lingkungan atau menyadarkan anak dari lingkungan melalui kegiatan stimulasi dasar dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Stimulasi Bertahap:


Tahapan kegiatan:


Stimulasi dasar untuk meningkatkan kemampuan pengindraan


stimulasi lanjutan untuk Kegiatan terintegrasi antara fungsi pelihatan, pendengaran, gerak, rasa dan emosi (multimodal) dan membuat lingkungannya terstruktur dengan baik sehingga memungkinkan berkembanganya potensi kecerdasan jamak dan kemampuan dasar prasekolah (persiapan menulis, membaca dan berhitung serta berkreasi)

Kegiatan stimulasi untuk anak usia dini meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Stimulasi Dasar

Kegiatan stimulasi yang dilakukan untuk mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan panca indera agar dapat menerima rangsang dari lingkungan (menyadarkan anak akan lingkungan) dengan kegiatan-kegiatan, sebagai berikut:

Meningkatkan kemampuan pengindraan

Stimulasi indra pelihatan

Dengan mengenalkan bayi dengan berbagai macam intensitas cahaya: bayi dipindahkan dari tempat gelap ke tempat terang dan sebaliknya secara bertahap dan berulang-ulang sambil memberi rangsang dengan memperlihatkan alat permainan dengan bentuk dan warna mainan yang masih dapat dikenali serta tetap menjaga kenyamanan bayi. Pada pelatihan ini juga rasa sensorik bayi dikenalkan dengan intensitas suhu yang berbeda-beda pada tempat yang panas (terang), sejuk/dingin (gelap).

Pelatihan pelihatan dengan alat permainan

Peningkatan konsentrasi mata agar mata terfokus pada
warna-warna, bentuk-bentuk, tempat-tempat tertentu

Benda dengan warna kontras bentuk beda-beda

Benda dengan warna kontras yang bergerak (mobil-mobilan atau boneka yang berjalan sendiri).

Dikombinasikan dengan bunyi-bunyian dari berbagai arah sudut pandang.

Stimulasi kemampuan gerakan bola mata yang diperlukan proses membaca dengan menggunakan gambar-gambar yang berurutan (memindahkan benda-benda yang menarik perhatian dari berbagai sudut pelihatan)

Stimulasi indra pendengaran.

Melalui kegiatan, sebagai berikut:

• Mengalihkan perhatian bayi terhadap suara dengan selalu menjaga kenyamanan bayi

• Memberikan berbagai rangsang bunyi (suara ibu, keluarga, bunyi alam) dan perhatikan reaksi terhadap rangsang suara tersebut, dan lkukan berulang-ulang, suara keras-lemah secara bergantian dan dilakukan berulang-ulang.

• Melatih pendengaran dapat dilakukan melalui kegiatan mendongeng langsung oleh ibu atau mendengarkan radio dengan alat-alat bermain yang bergerak-gerak, menjauh-mendekat

• Bereaksi terhadap rangsang suara

• Dilakukan secara berulang-ulang

Tingkatkan perbedaan intensitas dari masing-masing jenis rangsang tersebut dengan melibatkan perhatian anak.

Stimulasi kinaestetik sensory

Melalui kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan proses tumbuh kembang senso-motorik, sebagai berikut:

  • Mengenal bagian-bagian tubuh
  • Mengenal lingkungan dengan memfokuskan perhatian pada indera-indera tertentu dengan melakukannya secara berulang-ulang (ada pengulangan)
  • Melakukan stimulasi dengan menghubung-hubungkan dengan informasi yang sudah diterima dengan informasi baru, berupa: situasi dan lingkungan yang tertata dengan baik (metode bermain sentras, gerak, lagu, dll).

Pada proses sensomotorik, rangsang dilakukan melalui sentuhan/belaian pada permukaan kulit dengan gerakan halus

Stimulasi Lanjutan

Dilakukan setelah koordinasi kaki, tangan dan bahasa yang terkait sudah agak mantap sehingga anak dapat siap untuk dilakukan stimulasi lanjutan untuk merangsang berkembangnya berbagai kemampuan lainnya.

Kegiatan terintegrasi antara fungsi pelihatan, pendengaran, gerak, rasa dan emosi (multimodal) dan membuat lingkungannya tertata dengan baik sehingga memungkinkan berkembanganya potensi kecerdasan jamak (senam kupu-kupu dan metode pendekatan bermain dalam metode sentra) dan mempersiapkan fungsi-fungsi yang berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, berhitung dengan pola bermain spesifik.

STIMULASI POTENSI KEMAMPUAN JAMAK DILAKUKAN MELALUI KEGIATAN SPESIFIK MODALITAS OTAK

Melakukan stimulasi kinaestetik sensorik, intra dan inter personal, emosi, musik dalam bermain peran dengan latihan gerak dan lagu.

Bermain peran sebagai tokoh:

    Aku seorang pelaut
    Aku seorang kapiten
    Aku seorang penerbang
    Aku penebang kayu
    Aku seorang petani
    Aku seorang nelayan

Bermain peran sebagai kelompok binatang:( Kinaestetik sensory, Musical, Emosional, visual, visuospatial):

    Si kancil anak nakal
    Si kodok
    Si Komo
    Kupu-kupu yang lucu
    Dll

Bermain peran mengenal lingkungan: (auditory, kinaestetik, sensory, visual, visuospatial):

    Lihat kebunku
    Lihat rumahku
    Dengar burung berkicau
    Dll

Bermain peran untuk memvisualisasikan apa yang dilihat, dengan benda padat, bermain balok dengan berbagai ukuran, bentuk dan warna. Dengan bahan-bahan tradisional.

    Membuat kereta dari kulit jeruk

Bermain peran untuk memvisualisasikan apa yang dilihat, dengan benda cair (air)

    Mencampur-campur air
    Menuang air
    Memindahkan air dari gelas ke botol (kecil, sedang, besar)

Bermain peran dengan memvisualisasikan apa yang dilihat dengan pasir.

    Membuat gunung-gunungan
    Membuat jalan
    Membuat terowongan dengan pasir

Bermain sambil mendengar (untuk persiapan membaca)

    Mendengarkan dongeng
    Menghafal dan mengulang dongeng
    Bercerita pengalaman
    Mendengar sajak
    Menghafal dan mengulang sajak (prosodi bahasa)

Melatih logik matematika

a. Mengenal urut-urutan (sequencing):

    Berbaris dengan urutan hitung
    Berbaris dengan urutan bertambah
    Berbaris dengan urutsn berkurang
    Berbaris dengan urutan yang dikaitkan dengan simbol-simbol huruf/angka

b. Mengenal konsep ukuran (measurement):

    Berat – ringan (raba tubuh)
    Panjang – pendek (visual)
    Besar – kecil (visual/rasa)
    Padat – cair (rasa)
    Panas – hangat – dingin (rasa).

I. Persiapan Kemampuan Membaca
 
Membaca adalah aktifitas belajar yang dominan memerlukan indera visual dan juga melibatkan fungsi penginderaan lain di otak, yaitu :

Fungsi luhur (High Brain Function), seperti visual, auditory dan sensomotorik. Mengenal bunyi huruf, mengenal rangkaian kata yang sederhana-komplek, mengenal perbedaan intonasi yang dilakukan melalui bernyanyi, membacakan buku, bertepuk tangan mengikuti irama, menyebut nama dengan perlahan menurut suku kaya dengan intonasi yang jelas.

Biasanya pada anak, dapat ditandai dengan adanya ketertarikan terhadap:

Bahasa lisan (Kosa kata, menunjukkan bahasa, mendengar, paham)
Mulai tertarik dengan fonologi (irama, campuran, potongan)
Mulai sadar pada tulisan
Pengetahuan tentang abjad

Persiapan diawali melatih:

Visual
Meningkatkan konsentrasi mata, dengan mengenalkan huruf-huruf yang difokuskan pada pelihatan dalam waktu tertentu pada waktu yang berbeda-beda (Visual Attention)
Memperlihatkan kembali huruf-huruf yang pernah diperlihatkan untuk dikenali kembali (Visual Recognition)

• Melakukan latihan didalam ruangan dengan menggerakan bola mata keatas, kebawah, kekiri dan kekanan serta melihat benda dalam jarak yang jauh dan dekat, memfokuskan mata pada sesuatu pandangan yang (Visual motorik otot mata 3,4,6)

• Mengenal huruf melalui gerakan anggota tubuh sendiri atau anggota tubuh teman bermain, membentuk kalimat melalui huruf-huruf yang dibuat dalam kelompok bermain (Visual Spatial)

• Melakukan latihan seperti diatas, hanya saja dilakukan di luar ruangan, seperti di taman yang luas (Luas Lapang Pandang)

Audiomotorik

Melakukan pengenalan bunyi-bunyi huruf melalui pendengaran dan mengulang-ulang dalam bentuk suara baik dengan mata terbuka maupun dengan mata tertutup. Dapat dilakukan dengan bernyanyi dan menari/gerak badan.


II. Persiapan Logik matematik dan Berhitung

Kemampuan berhitung adalah kemampuan logik matematik berupa symbol-simbol yang dikongretkan melalui kegiatan-kegiatan yang memerlukan kemampuan visual dan sensorik yaitu:

· mengenalkan konsep ukuran (measurement), melalui raba (berat-ringan, padat-cair)

· mengenalkan konsep suhu (panas, dingin)

· melalui pelihatan (visual), seperti : tinggi-rendah, panjang-pendek, besar-kecil

· mengenalkan urutan (sequencing), melalui urutan-urutan warna-warna sebagai simbol

· mengenalkan dengan cara bermain dengan baris (baris bertambah-baris berkurang dan mengkaitkan urut-urutan berbaris dengan angka dan huruf.


III. Persiapan Kemampuan Menulis

Dalam upaya mempersiapkan anak menuju kemampuan menulis maka perlu diperhatikan tahapannya menuju kemampuan menulis, sbb:

a. Kemampuan motorik halus :

Yaitu kemampuan memegang dengan jari, dilatih dengan proses latihan menggunting. Dalam kegiatan menggunting, anak secara langsung mengalami proses pembelajaran untuk memperkuat koordinasi tangan dan kemampuan genggaman penjepit, dimana anak memulai dengan latihan memungut benda-benda dengan penjepit, memainkan jari untuk menulis (ibu jari, telunjuk, dan jari tengah). Tahapan kegiatan awal menggunting untuk memperkuat koordinasi jari tangan, menjepit dengan ibu jari dan telunjuk, adalah :

  • Memungut obyek-obyek kecil
  • Menggunakan ibu jari dantelunjukMain jari menggunakan jari-jari menulis (ibu jari, telunjuk, dan jari tengah)
  • Meraup
  • Merobek. dan sebagainya

Dengan seluruh tangan

Dengan ibu jari dan telunjuk

Hal lain yang dapat dilakukan untuk memperkuat koordinasi tangan pada anak usia dini lainnya adalah dengan latihan meremas, merobek sepenuh tangan dan merobek dengan tangan.

Selanjutnya dikembangkan dengan melatih motorik halus dengan latihan mencoret. Latihan mencoret sangat penting bagi anak usia dini, dengan memperhatikan beberapa tahapan mencoret yang dimulai dari :

· Coretan awal/coretan acak

· Coretan terarah, seperti garis-garis atau titik-titik yang dilakukan secara berulang-ulang

· Pengulangan garis dan bentuk khusus

· Berlatih huruf

· Menulis nama

· Menyalin kata-kata yang ada di lingkungan

· Menemukan ejaan

· Ejaan baku

Dilanjutkan dengan latihan koordinasi antara pelihatan (mata dengan tangan). Dapat dilakukan melalui kegiatan meronce manik-manik dan tali yang memiliki tahapan, sebagai berikut :

1. Main mengosongkan/mengisi

2. Merangkai–digunakan sebagai bahan main peran (kalung)

3. Merangkai terus menerus

4. Merangkai berdasarkan warna

5. Merangkai berdasarkan bentuk

6. Merangkai berdasarkan warna dan bentuk

7. Merangkai berdasarkan warna, bentuk dan ukuran]
8. Membuat pola sendiri
9. Membaca pola kartu dari bermacam-macam tingkat kesulitan
  • Serta meningkatkan kemampuan menggambar, yaitu dengan menjiplak, seperti tahapan diatas ditambah dengan latihan visualisasikan apa yang dilihat, menjiplak, meniru dan membuat pola sendiri.
  • Visual Attention/recognition: mengenal bentuk huruf melalui kegiatan perabaan dan menjiplak
  • Melatih gerakan-gerakan motorik halus, melalui gerakan tarian yang menggutamakan pada gerakan tangan, meronce, memegang benda-benda kecil, benda-benda halus, menempatkan benda pada posisi-posisi sulit, merobek, meremas-remas, coret-coretan tidak teratur, coret-coretan tidak teratur, pengulangan garis dan bentuk-bentuk khusus, berlatih huruf, menulis nama, menyalin kata lengkap, menemukan ejaan awal, tengah, akhir, meraup, menggunting, dll 
  • Melakukan stimulasi kinaestetik, musik, emosi, kemampuan intrapersonal dalam satu kegiatan bermain gerak dan lagu
  • Bermain peran, melalui gerak dan lagu.

Sumber: Disarikan dari berbagai sumber!!
Selengkapnya